London (ANTARA News/AFP) - Euro merosot terhadap dolar AS pada Senin, setelah mencapai tingkat tertinggi sejak Agustus 2008 di tengah tanda-tanda bahwa China mungkin meningkatkan kepemilikan mata uang Eropa, kata para dealer.

Mata uang tunggal Eropa berpindah tangan pada 1,4894 dolar di sore hari di London, dibandingkan dengan 1,5007 dolar akhir Jumat.

Pada awal perdagangan Asia pada Senin, euro telah melambung ke 1,5064 dolar.

Sementara mata uang Jepang meningkat terhadap euro dan dolar, dengan euro jatuh ke 137,61 yen terhadap sebelumnya 138,16 yen, dolar mencapai 91,98 yen dibandingkan dengan 92,07 yen sebelumnya.

"Kami berpikir bahwa resiko global akan tetap positif dalam beberapa bulan dengan latar belakang angka-angka ekonomi yang melebihi harapan," kata analis dari raksasa perbankan AS Citigroup dalam sebuah pernyataan.

Euro cenderung diuntungkan karena kepercayaan ekonomi telah kembali ke pasar, yang berarti dealer lebih cenderung membeli mata uang Eropa, yang dianggap lebih berisiko daripada dolar karena memiliki hasil yang lebih tinggi.

Pedagang juga mengutip potongan pendapat oleh seorang pejabat bank sentral China di koran China Financial News, dengan alasan bahwa Beijing harus meningkatkan kepemilikan euro dan yen, sebagai faktor dibelakang kekuatan euro saat ini.

"The Financial News, sebuah koran terkait dengan bank sentral China, mencetak laporan dari peneliti China yang menyatakan bahwa China harus meningkatkan kepemilikan euro dan yen, "kata analis Forex.com Brian Dolan.

"Laporan ini membantu mendorong euro/dollar melalui tertinggi baru 14-bulan."

China telah menginvestasikan sebagian besar cadangannya dalam aset dolar AS, karena aman meski memberikan hasil rendah seperti obligasi negara AS, namun Beijing telah mencoba mendiversifikasi investasi untuk meningkatkan keuntungan di tengah krisis keuangan global.

Anggota dewan gubernur Bank Sentral Eropa (ECB) Christian Noyer menolak mengomentari penguatan euro di sebuah seminar di Singapura, mengurangi kekhawatiran pasar bahwa para pejabat zona euro mungkin meningkatkan usaha untuk berbicara ke mata uang.

Penguatan euro memukul eksportir Eropa.

Dolar telah dibebani baru-baru ini oleh spekulasi bahwa Amerika Serikat mungkin akan lebih lambat dibandingkan dengan beberapa negara ekonomi utama lainnya untuk menaikkan suku bunga.

Investor umumnya memilih mata uang negara yang menawarkan suku bunga yang lebih tinggi.

"Para investor skeptis apakah akan realistis (untuk Federal Reserve AS) untuk mengakhiri kebijakan tingkat bunga nol di tengah kondisi ekonomi saat ini," kata penyiasat Chuo Mitsui Trust Bank, Yosuke Hosokawa.

"Dolar akan terus berada di tren lemah," katanya.

The Fed telah mempertahankan suku bunga utamanya dalam kisaran nol hingga 0,25 persen persen sejak Desember lalu untuk membantu perekonomian AS pulih dari resesi terburuk dalam beberapa dasawarsa.

Sementara itu ECB telah membekukan suku bunga utamanya di rekor rendah 1,0 persen sejak Mei, dalam upaya untuk mendorong pinjaman oleh bank-bank zona euro.

Di London Senin, euro berpindah tangan pada 1,4894 dolar terhadap 1,5007 dolar akhir Jumat, pada 137,61 yen (138,16), 0,9145 pound (0,9201) dan 1,5139 franc Swiss (1,5138).

Dolar berdiri di 91,98 yen (92,07) dan 1,0120 franc Swiss (1,0090).

Pound berada pada 1,6358 dolar (1,6310).

Di London Bullion Market, harga emas turun menjadi 1.054 dolar per ons dari 1,061.75 dolar per ons Jumat malam(*)