Presiden minta pelacakan kasus COVID-19 lebih agresif
4 Juni 2020 10:35 WIB
Petugas melakukan tes diagnostik cepat COVID-19 terhadap pedagang di Pasar Babadan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis (4/6/2020). Tes tersebut menyasar puluhan pedagang ikan untuk melacak serta memutus rantai penyebaran virus Corona (COVID-19) dari lokasi ditemukannya puluhan pedagang maupun pengunjung yang dinyatakan positif COVID-19 di pusat penjualan hasil laut Pasar Ikan Rejomulyo (Pasar Kobong) Kota Semarang. ANTARA FOTO/Aji Styawan/nz/pri.
Jakarta (ANTARA) - Presiden RI Joko Widodo meminta pelacakan kasus penularan dan penyebaran COVID-19 dilakukan lebih agresif dengan memanfaatkan bantuan teknologi telekomunikasi.
"Saya minta pelacakan secara agresif. Dilakukan lebih agresif lagi dengan bantuan teknologi telekomunikasi, dan bukan cara-cara konvensional lagi," kata Presiden dalam Rapat Kabiner Terbatas Percepatan Penanganan Pandemi COVID-19, melalui konferensi video dari Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis.
Baca juga: Presiden perintahkan tatanan kenormalan baru segera disosialisasikan
Baca juga: Presiden tinjau kesiapan normal baru di stasiun MRT HI
Presiden mengatakan di negara-negara lain, seperti di Selandia Baru, digunakan digital diary atau buku harian digital untuk melacak penyebaran COVID-19.
Sementara di Korea Selatan, dilakukan pengembangan GPS bergerak untuk menghimpun data.
"Sehingga pelacakan dapat termonitor dengan baik," ujar Presiden.
Baca juga: Apple-Google umumkan teknologi pelacak kontak
Baca juga: OJK minta perbankan genjot teknologi saat pandemi COVID-19
"Saya minta pelacakan secara agresif. Dilakukan lebih agresif lagi dengan bantuan teknologi telekomunikasi, dan bukan cara-cara konvensional lagi," kata Presiden dalam Rapat Kabiner Terbatas Percepatan Penanganan Pandemi COVID-19, melalui konferensi video dari Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis.
Baca juga: Presiden perintahkan tatanan kenormalan baru segera disosialisasikan
Baca juga: Presiden tinjau kesiapan normal baru di stasiun MRT HI
Presiden mengatakan di negara-negara lain, seperti di Selandia Baru, digunakan digital diary atau buku harian digital untuk melacak penyebaran COVID-19.
Sementara di Korea Selatan, dilakukan pengembangan GPS bergerak untuk menghimpun data.
"Sehingga pelacakan dapat termonitor dengan baik," ujar Presiden.
Baca juga: Apple-Google umumkan teknologi pelacak kontak
Baca juga: OJK minta perbankan genjot teknologi saat pandemi COVID-19
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020
Tags: