Jakarta (ANTARA News) - Birde Production dan Maarif Institute for Culture and Humanity akan membuat film trilogi layar lebar tentang kehidupan mantan Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif.

Sutradara film biografi Buya Syafii, Damien Dematra, dalam jumpa pers di Galeri Cipta Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta Pusat Rabu mengatakan, film yang digarapnya itu berjudul Ahmad Syafii Maarif , Si Anak Kampoeng; Sebuah Trilogi.

Jumpa pers juga dihadiri Buya Syafii Maarif yang ditemani oleh Guru Besar STF Driyarkara Romo Frans Magnis Suseno, Ketua Konferensi Waligereja Indonesia Julius Kardinal Darmaatmadja SJ, Ketua Majelis Budayana Indonesia (MBI) Sudamek, Ketua Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) Budi S Tanuwijaya, Pdt. Dr. Erick Barus dari Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), dan Aktivis HAM Romo Beny Susetyo.

Damien mengatakan dirinya tertarik untuk memfilmkan biografi Buya Syafii karena kisah hidup tokoh Muhammadiyah tersebut sangat menarik, dramatis, dan konflik yang patut menjadi pembelajaran bagi masyarakat luas.

"Buya Syafii merupakan cermin bagi generasi muda, mengajarkan perjuangan untuk mencapai sesuatu yang mungkin tidak mustahil. Kekokohan integritas kepribadiannya berhasil meruntuhkan mitos darah biru dalam orbit kepemimpinan bangsa," kata Damien.

Dalam diri Buya Syafii berpadu kesahajaan, ketauladanan, konsistensi kata dan perubatan serta sikap egaliter dan ketulusan.

Dia mengatakan film tentang tokoh kelahiran Sumpur Kudus, Sumatera Barat tersebut dibagi tiga film karena kisah hidupnya tidak cukup untuk difilmkan dengan satu film.

Tiga film akan terbagi tentang film dokumenter kegiatan Buya Syafii, dan dua film lainnya tnetang kisah kehidupan dari tanah kelahiran sampai merantau dan belajar di Yogyakarta, dan kehidupan di Chicago serta sesudahnya.

Damien mengatakan Buya Syafii direncanakan akan bermain dalam film kedua dan film ketiga.

Sementara Buya Syafii mengatakan ide pembuaatan film tentang biografinya bukan berasal dari dia, tetapi dari Damian sendiri dan Maarif Institute.

"Saya ini apalah. Saya melihat saya ini tidak penting. Kalau saya ini penting, hasil pilpres tidak akan seperti ini," katanya.

Apalagi dalam Muhammadiyah, pengkultusan pribadi merupakan hal yang syirik dan dilarang dalam Islam.

Mengenai harapan dengan tiga filmnya tersebut, Syafii mengatakan menyerahkan penilain kepada masyarakat.

Romo Frans Magnis Suseno mengatakan sosok Buya Syafii memberikan rasa aman dan sikap hidupnya merupakan bukti kebersamaan keagamaan serta kedamaian.

Sedangkan Romo Kardinal Darmaatmadja mengatakan Buya Syafii merupakan tokoh yang pluralis ditengah keberagaman hidup masyarakat Indonesia.

Sementara itu Sudamek mengatakan film biografi Syafii akan menjadi peninggalan (legacy) penting dari tokoh Muhammadiyah tersebut.

Pendeta Erick Barus mengatakan sosok Syafii merupakan sosok dengan pemkiran yang perlu diteladani yang menganjurkan agar masyarakat kembali ke nilai-nilai agama.

Sedangkan Budi Tanuwijaya mengharapkan film biografi Buya Syafii bisa memberikan pencerahan dan pendidikan kepada masyarakat Indonesia.

Romo Beny Susetyo mengatakan film ini bakal dinantikan oleh masyarakat karena dapat memberi pencerahan dan titik balik seperti karya Pramoedya Ananta Toer.

(*)