London (ANTARA News/AFP) - Mata uang tunggal Eropa turun terhadap dolar AS pada Rabu waktu setempat, karena lebih besarnya daripada perkiraan pesanan barang tahan lama di AS mendorong para dealer untuk membeli "safe-haven" (tempat berlindung yang aman) mata uang AS, kata para analis.
Dalam perdagangan akhir sore di London, euro dipindahtangankan pada 1,4044 dolar dibandingkan 1,4167 dolar pada akhir Selasa di New York.
Euro juga turun menjadi 133,52 yen Jepang dari sebelumnya 134,01 yen. Dolar malah naik terhadap yen, melompat menjadi 95,16 yen dari 94,60 yen.
Euro telah mencapai level tertinggi dalam dua bulan pada Selasa pada 1,4304 dolar, tapi kemudian turun tajam hanya beberapa jam setelah survei menunjukkan kejutan penurunan besar dalam kepercayaan konsumen di Amerika Serikat.
Survei menggarisbawahi ketakutan bahwa meski ekonomi AS menunjukkan sinyal-sinyal pemulihan, meningkatnya pengangguran dapat mengurangi pemulihan ini melalui terlukanya belanja konsumen.
Pada Rabu, euro turun lagi setelah data pemerintah AS menunjukkan pesanan baru untuk barang tahan lama manufaktur AS turun 2,5 persen pada Juni, setelah dua bulan meningkat, terutama dengan melemahnya belanja pertahanan dan pesawat terbang.
Kemerosotan jauh lebih tajam daripada proyeksi turun 0,6 persen dan mengikuti kenaikan 1,3 persen pada pesanan Mei serta naik 1,4 persen pada April.
Namun Presiden Barack Obama menyuntikkan sebuah catatan dari optimisme, mengatakan bahwa Amerika Serikat -- pusat krisis ekonomi global -- mungkin terlihat "mulai mengakhiri resesi."
"Itu benar bahwa kami telah menghentikan terjun bebas. Pasar naik dan sistem keuangan tidak memperpanjang kejatuhan," kata Obama.
Mata uang tunggal Eropa menerima pukulan lain pada Rabu, setelah sebuah estimasi resmi menunjukkan harga konsumen di Jerman akan jatuh 0,6 persen pada Juli -- deflasi pertama negara itu sejak 1987.
Euro dipertimbangkan sebagai sebuah mata uang berisiko dan karenanya cenderung lebih baik pada saat ekonomi stabil dibandingkan dolar sebagai mata uang cadangan dunia yang dipandang aman ketika ekonomi bergejolak.
Analis dari bank Perancis BNP Paribas juga memperingatkan besarnya penghindaran risiko (risk aversion) karena China. "Dikhawatirkan bahwa China akan mengembalikan skala pinjaman bank seperti mulai memiliki sebuah pengaruh pada nafsu terhadap aset berisiko (risk appetite)," kata mereka dalam sebuah catatannya.
Citigroup mengatakan: "Konsolidasi tampak tak bisa terhindarkan untuk bangkit setelah periode kenaikan pasar sebagai reaksi laporan laba perusahaan."
Para analis di bank raksasa AS itu juga mengatakan bahwa akan mungkin terjadi penurunan dalam mata uang berisiko dan kenaikan pada dolar, yen dan franc Swiss, kecuali ada lebih banyak bukti bahwa pemulihan ekonomi AS sedang berlangsung.
Para investor juga sedang menunggu survei Beige Book dari Federal Reserve, untuk sebuah potret dari kesehatan 12 kawasan ekonomi utama AS.
"Menyusul (Selasa) data kepercayaan konsumen yang menakutkan, survei Beige Book akan dipantau cermat oleh para investor untuk melihat bagaimana 12 kawasan ekonomi utama AS dibiayai. Baru-baru ini telah menunjukkan sinyal tentatif perbaikan," kata Simon Denham, seorang analis Capital Spreads.
Di London pada Rabu, euro dipindahtangankan pada 1,4044 dolar terhadap 1,4167 dolar pada akhir Selasa, pada 133,52 yen (134,01), 0,8672 pound (0,8621) dan 1,5268 franc Swiss (1,5234).
Dolar berada pada 95,16 yen (94,60) dan 1,0881 franc Swiss (1,0752).Pound berada pada 1,6369 dolar (1,6428).
Di London Bullion Market, harga emas turun menjadi 931 dolar AS per ons dari 944,25 dolar per ons pada Selasa.(*)
Euro Jatuh Setelah Data AS Mengecewakan
30 Juli 2009 01:14 WIB
Euro (ANTARA/Grafis)@
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009
Tags: