Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi VI DPR RI, Deddy Yevri Sitorus memprediksi industri penerbangan akan mengalami dampak yang besar akibat pandemi COVID-19 yang tengah terjadi.

“Bagi maskapai, dampak virus corona ini jauh lebih dahsyat dibanding kejadian 9/11 dan krisis global 2008 jika digabungkan, praktis tidak ada airlines yang beroperasi saat ini di dunia,” ujar Deddy lewat keterangan tertulis, diterima di Jakarta, Rabu.

Deddy mengungkapkan, berdasarkan data yang dia peroleh, maskapai penerbangan di dunia akan kehilangan pendapatan sebesar 252 miliar dolar AS hingga menjelang pertengahan 2020.

Saat ini, kata Deddy, seluruh maskapai di dunia melakukan program restrukturisasi, baik yang melibatkan pemerintah maupun tidak.
Baca juga: BUMN transportasi jamin tak merumahkan karyawan di tengah COVID-19

Sebagai contoh, kata Deddy, Singapore Airlines yang beberapa minggu lalu mendapat dana segar 19 miliar dolar Singapura dan 5,3 miliar dolar Singapura dari penerbitan saham baru, ditambah 9,7 miliar dolar Singapura, dan pinjaman dari DBS sebesar 4 miliar dolar Singapura.

Bantuan serupa juga diterima Qantas yang mendapat 1,1 miliar dolar Australia dari pemerintah negeri kanguru tersebut.

“Bagaimana dengan Garuda Indonesia? Apakah Garuda Airlines bisa survive dalam krisis ini? Garuda Airlines ini ibarat orang yang jatuh tertimpa tangga,” ungkap Deddy.
Baca juga: Ini strategi Garuda bedakan penumpang mudik dan pulang kampung

Anggota parlemen dari daerah pemilihan Kalimantan Utara itu mengatakan, hingga saat ini belum terdengar program penyelamatan Garuda Indonesia dari krisis COVID-19 dan pemulihan saat pandemi ini berlalu.

“Yang kita tahu Garuda menghentikan operasinya karena penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Garuda harus membayar utang jatuh tempo Juni 2020,” ujar Deddy.

Ia menambahkan, Garuda adalah episentrum industri penerbangan di Indonesia, sehingga penyelamatan Garuda dipandang sangat penting, untuk sekaligus menyelamatkan industrinya.
Baca juga: Dampak COVID-19, Garuda renegosiasi sewa pesawat hingga pangkas rute

Ratusan ribu pekerja di industri penerbangan, lanjut Deddy, harus diselamatkan mulai dari ground handling, jasa pengiriman, bandar udara, dan lainnya.

Menurut Deddy, penyelamatan Garuda Indonesia harus melalui restrukturisasi menyeluruh dan mendalam, meliputi restrukturisasi operasi, restrukturisasi aspek kecukupan modal, restrukturisasi model bisnis, dan pengaturan arus kas perusahaan.

“Garuda juga harus menyiapkan recovery program pasca-COVID-19, mulai dari skenario recovery demand, skenario market structure, sampai saatnya kondisi normal. Karena impact dari krisis corona ini bisa 3-5 tahun, Garuda dan pemerintah harus bahu membahu menyelamatkan industri penerbangan nasional,” ujar anggota Fraksi PDI Perjuangan tersebut.

Baca juga: Anggota DPR sebut Garuda hadapi tantangan badai COVID-19