Jakarta (ANTARA) - PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) atau KBI menilai pasar fisik komoditas timah batangan dalam beberapa bulan ke depan akan rebound seiring membaiknya ekonomi dunia pasca virus corona, terutama di China dan sebagian besar negara lain.

"Pergerakan transaksi pasar fisik timah batangan di bulan Maret ini yang kinerjanya menurun, kami yakini hanya sementara, karena efek global yang ada. Kami optimistis, dalam beberapa waktu ke depan, volume trasaksi pasar fisik timah batangan di Bursa Berjangka Jakarta atau BBJ akan rebound," kata Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) Fajar Wibhiyadi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin.

Merilis data atas transaksi pasar fisik timah batangan di Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) yang dikliringkan di KBI selama kuartal I-2020 tercatat transaksi sebanyak 3.859 Lot dalam 19.285 ton, dan dengan total nilai transaksi sebesar 316.344.303 dolar AS.

Pasar fisik timah batangan di BBJ yang dikliringkan di KBI, untuk bulan Januari tercatat transaksi sebanyak 1.451 lot dalam 7.256 Ton dan dengan nilai transaksi sebesar 123.984.369 dolar AS. Pada Februari, terjadi transaksi sebanyak 1.488 Lot dalam 7.256 ton dengan nilai transaksi sebesar 122.033.300 dolar AS. Sedangkan pada Maret, transaksi tercatat sebanyak 920 Lot dalam 4.603 ton dan dengan nilai transaksi sebesar 70.326.634 dolar AS.

Transaksi tertinggi selama kuartal I 2020 terjadi pada 24 Januari 2020 dengan jumlah transaksi sebanyak 810 Lot dengan nilai transaksi sebesar 68.577.600 dolar AS.

Fajar mengakui wabah corona di China cukup berpengaruh ke ekonomi global. Saat ini pun, Pemerintah China sudah ancang-ancang untuk mendorong ekonominya melaju lebih cepat pasca ekonomi mereka turun saat wabah corona.

"Dan itu cepat atau lambat akan berpengaruh ke permintaan timah batangan di pasar dunia, termasuk yang ada di Bursa Berjangka Jakarta," katanya.

Selain faktor menurunnya permintaan dari China, faktor penyebaran wabah corona ke kawasan Eropa dan Amerika, serta pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, juga turut memberikan pengaruh terhadap pasar fisik timah batangan di BBJ.

Terkait wabah corona yang terjadi di China, hal ini cukup memberikan dampak terhadap pasar fisik timah batangan. Hal ini dikarenakan permintaan timah batangan dari negeri Tirai Bambu ini merupakan permintaan terbesar diseluruh dunia.

Fajar menambahkan, timah batangan merupakan komoditas global, dan akan banyak terpengaruh oleh situasi ekonomi global. Ketika ekonomi dunia mengalami kontraksi, hal itu akan sangat memberikan pengaruh terhadap permintaan timah batangan dunia, sehingga wajar kalau saat ini ekonomi dunia terkoreksi, transaksi di pasar fisik di BBJ juga mengalami kontraksi.

Sejak diluncurkan pertama kali pada Agustus 2019, pasar fisik timah di Bursa Berjangka Jakarta cukup menarik perhatian para pelaku pasar. Total transaksi yang terjadi dari Agustus sampai dengan Desember 2019 sebanyak 5.436 Lot dalam 27.183 Ton, dengan total nilai transaksi sebesar 448.740.124 dolar AS.

Direktur Utama PT Bursa Berjangka Jakarta Stephanus Paulus Lumintang mengatakan, pihaknya tetap optimistis, pasar fisik timah batangan akan bergerak positif dalam beberapa bulan kedepan sehingga permintaan pasar global terhadap timah batangan cukup besar.

"Apa yang terjadi saat ini adalah fenomena sesaat karena situasi ekonomi dunia sedang mengalami kontraksi. Ke depan setelah ekonomi dunia pulih, kami optimistis transaksi pasar fisik timah batangan akan kembali rebound," kata Stephanus.

Baca juga: KBI: Wabah corona tidak pengaruhi perdagangan berjangka komoditas

Baca juga: Kliring Berjangka nilai perdagangan fisik timah bisa jadi peluang RI

Baca juga: Gubernur Babel resmikan bursa fisik timah PT BBJ dan KBI