Formula 1
Mercedes distribusikan alat bantu pernafasan untuk perangi COVID-19
7 April 2020 21:06 WIB
Alat bantu pernafasan Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) yang dikembangkan oleh tim Mercedes F1 bersama University College London (UCL) dan para dokter Rumah Sakit UCL (twitter.com/mercedesamgf1)
Jakarta (ANTARA) - Tim Mercedes F1 membuat desain alat bantu pernafasan yang mereka kembangkan bisa diakses secara gratis untuk diproduksi secara massal sebagai salah satu upaya penanggulangan pandemi COVID-19
Pekan lalu Mercedes mengumumkan misinya untuk membantu dunia dalam melawan pandemi COVID-19.
Bekerja sama dengan University College London (UCL) dan para dokter Rumah Sakit UCL, Mercedes mengembangkan alat yang bernama Continuous Positive Airway Pressure (CPAP), yang dapat membantu pasien yang memiliki infeksi paru-paru akibat COVID-19 bernafas lebih mudah ketika tabung oksigen saja tidak cukup.
Alat bantu pernafasan itu diproduksi dalam waktu yang cukup cepat, membutuhkan kurang dari 100 jam dari perencanaan hingga produksi alat pertama, demikian laman resmi Mercedes, Selasa.
Baca juga: Sejumlah tim F1 bantu produksi alat kesehatan untuk perangi COVID-19
Baca juga: Ecclestone bicara soal nasib Formula 1 di tengah pandemi corona
CPAP tersebut telah dievaluasi di UCLH dan sejumlah rumah sakit lainnya di London, hingga dinyatakan memenuhi regulasi kesehatan pekan lalu.
Saat ini lebih dari 10.000 CPAP telah dipesan oleh layanan kesehatan nasional Inggris.
Pusat teknologi Mercedes AMG High Performance Powertrain di Brixworth, fasilitas di mana tim F1 itu membangun power unit mobil balap mereka, sekarang digunakan untuk memproduksi 1.000 alat CPAP per harinya.
Sebanyak 40 mesin yang biasanya digunakan untuk memproduksi piston-piston F1 dan turbocharger berubah fungsi untuk produksi CPAP untuk memenuhi permintaan alat pernafasan yang pasokannya berkurang di Inggris itu.
Mercedes dan tim gabungan hari ini juga memungkinkan desain CPAP bisa diunduh secara gratis oleh pabrikan di seluruh dunia yang ingin memproduksi alat tersebut untuk membantu pasien yang terjangkit Covid-19.
"Membuat desain dan spesifikasi manufaktur tersedia dalam basis sumber yang terbuka akan memungkinkan perusahaan-perusahaan di seluruh dunia memproduksi alat ini secara cepat dan skala besar untuk mendukung respon global terhadap Covid-19," kata Managing Director Mercedes-AMG High Performance Powertrain Andy Cowell.
Baca juga: Formula 1 dalam kondisi sangat rapuh saat ini, kata bos McLaren
Baca juga: FIA setujui sejumlah perubahan regulasi Formula 1 musim 2020 dan 2021
Sementara itu konsultan kesehatan di UCLH Prof. Mervyn Singer mengungkapkan jika pekan ini telah banyak pasien dengan Covid-19 yang bernafas lebih mudah berkat CPAP.
"Alat ini bisa membantu menyelamatkan nyawa dengan memastikan jika ventilator, alat yang sangat berharga, digunakan hanya untuk mereka yang sakit parah.
"Kami dan yang lainnya mendapati proporsi yang signifikan dari pasien yang dirawat dengan CPAP bisa terhindar dari ventilasi mekanis," kata Singer.
Kemudian Wakil Rektor Kesehatan UCL Prof. David Lomas menambahkan jika CPAP merupakan capaian yang fenomenal karena hanya butuh dua pekan untuk alat itu bisa digunakan di rumah sakit sejak pembuatan purwarupanya.
"Ini menunjukkan apa yang bisa kita lakukan jika universitas, rumah sakit dan industri bekerja sama untuk kepentingan nasional," kata Lomas.
Pekan lalu Mercedes mengumumkan misinya untuk membantu dunia dalam melawan pandemi COVID-19.
Bekerja sama dengan University College London (UCL) dan para dokter Rumah Sakit UCL, Mercedes mengembangkan alat yang bernama Continuous Positive Airway Pressure (CPAP), yang dapat membantu pasien yang memiliki infeksi paru-paru akibat COVID-19 bernafas lebih mudah ketika tabung oksigen saja tidak cukup.
Alat bantu pernafasan itu diproduksi dalam waktu yang cukup cepat, membutuhkan kurang dari 100 jam dari perencanaan hingga produksi alat pertama, demikian laman resmi Mercedes, Selasa.
Baca juga: Sejumlah tim F1 bantu produksi alat kesehatan untuk perangi COVID-19
Baca juga: Ecclestone bicara soal nasib Formula 1 di tengah pandemi corona
CPAP tersebut telah dievaluasi di UCLH dan sejumlah rumah sakit lainnya di London, hingga dinyatakan memenuhi regulasi kesehatan pekan lalu.
Saat ini lebih dari 10.000 CPAP telah dipesan oleh layanan kesehatan nasional Inggris.
Pusat teknologi Mercedes AMG High Performance Powertrain di Brixworth, fasilitas di mana tim F1 itu membangun power unit mobil balap mereka, sekarang digunakan untuk memproduksi 1.000 alat CPAP per harinya.
Sebanyak 40 mesin yang biasanya digunakan untuk memproduksi piston-piston F1 dan turbocharger berubah fungsi untuk produksi CPAP untuk memenuhi permintaan alat pernafasan yang pasokannya berkurang di Inggris itu.
Mercedes dan tim gabungan hari ini juga memungkinkan desain CPAP bisa diunduh secara gratis oleh pabrikan di seluruh dunia yang ingin memproduksi alat tersebut untuk membantu pasien yang terjangkit Covid-19.
"Membuat desain dan spesifikasi manufaktur tersedia dalam basis sumber yang terbuka akan memungkinkan perusahaan-perusahaan di seluruh dunia memproduksi alat ini secara cepat dan skala besar untuk mendukung respon global terhadap Covid-19," kata Managing Director Mercedes-AMG High Performance Powertrain Andy Cowell.
Baca juga: Formula 1 dalam kondisi sangat rapuh saat ini, kata bos McLaren
Baca juga: FIA setujui sejumlah perubahan regulasi Formula 1 musim 2020 dan 2021
Sementara itu konsultan kesehatan di UCLH Prof. Mervyn Singer mengungkapkan jika pekan ini telah banyak pasien dengan Covid-19 yang bernafas lebih mudah berkat CPAP.
"Alat ini bisa membantu menyelamatkan nyawa dengan memastikan jika ventilator, alat yang sangat berharga, digunakan hanya untuk mereka yang sakit parah.
"Kami dan yang lainnya mendapati proporsi yang signifikan dari pasien yang dirawat dengan CPAP bisa terhindar dari ventilasi mekanis," kata Singer.
Kemudian Wakil Rektor Kesehatan UCL Prof. David Lomas menambahkan jika CPAP merupakan capaian yang fenomenal karena hanya butuh dua pekan untuk alat itu bisa digunakan di rumah sakit sejak pembuatan purwarupanya.
"Ini menunjukkan apa yang bisa kita lakukan jika universitas, rumah sakit dan industri bekerja sama untuk kepentingan nasional," kata Lomas.
Pewarta: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2020
Tags: