Kementan dorong sawah tadah hujan tingkatkan produktivitas masa panen
26 Maret 2020 21:39 WIB
Sejumlah hewan ternak merumput di kawasan sawah tadah hujan yang belum diolah di Desa Boyabaliase, Sigi, Sulawesi Tengah, Selasa (21/1/2020). Para petani di wilayah itu belum mengolah lahan persawahan tadah hujannya karena intensitas hujan belum cukup besar untuk memulai usaha pertaniannya. ANTARA FOTO/Basri Marzuki/pd.
Jakarta (ANTARA) - Badan Litbang Kementerian Pertanian mendorong agar sawah tadah hujan dapat meningkatkan produktivitas melalui masa panen yang lebih banyak dari satu kali menjadi tiga kali dalam setahun dengan bantuan teknologi dan inovasi.
"Sawah tadah hujan biasanya mengandalkan curah hujan dan hanya bisa menghasilkan di musim hujan. Tapi, pengkajian kami membuktikan penerapan inovasi bisa meningkatkan produktivitasnya secara signifikan," kata Kepala Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) Kementan Fadjry Djufri di Jakarta, Kamis.
Upaya Kementan untuk mendorong peningkatan produktivitas padi di sawah tadah hujan dilakukan untuk memastikan stok beras nasional berlimpah. Bahkan, pemerintah memiliki target untuk meningkatkan ekspor beras.
Pekan lalu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memprediksi pada masa panen raya bulan Maret--April nanti, akan ada tambahan stok beras hingga 8 juta ton. Produksi padi tidak lagi hanya mengandalkan lahan sawah beririgasi, tapi juga pemanfaatan lahan suboptimal.
Baca juga: Gagal tanam mengancam sawah tadah hujan di NTT
"Langkah-langkah inovatif perlu dilakukan untuk memastikan produksi beras kita meningkat secara signifikan, antara lain dengan memanfaatkan lahan-lahan yang belum optimal dan menambah kapasitas produksinya," kata Fadjry.
Untuk menambah kapasitas produksi sawah tadah hujan, Fadjry menuturkan Kementan telah meningkatkan pemberian bantuan pompa air. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan Balitbangtan, pompa air menjadi titik ungkit sawah tadah hujan untuk bisa memiliki indeks pertanaman (IP) 300.
Mekanisme pemanfaatan pompa air, disebut Fadjry, harus menyesuaikan dengan kondisi di lapangan. Air tanah di lahan sawah yang dangkal dengan tingkat kedalaman sekitar enam hingga sepuluh meter, cukup menggunakan pompa kapasitas kecil yang mampu mengairi sawah.
Baca juga: Kementan : produktivitas padi Bantul lebihi rata-rata nasional
"Daerah lain yang lebih jauh dari sungai dan air tanah lebih dalam posisinya, maka diperlukan pompa dengan kapasitas lebih besar agar dapat mengeluarkan air dengan debit yang sama," kata dia.
Selain pemanfaatan pompa air, optimalisasi sawah tadah hujan juga dilakukan dengan memerhatikan kondisi tanah. Pada lahan yang bertekstur liat, produktivitas padi dapat mencapai 8 ton per hektare sedangkan pada lahan yang bertekstur pasir produktivitasnya 5 ton per hektare.
Oleh karena itu, Balitbangtan melakukan upaya untuk meningkatkan produktivitas padi pada lahan sawah yang bertekstur pasir di antaranya dengan penambahan bahan organik untuk meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan kemampuan tanah dalam memegang air.
"Sawah tadah hujan biasanya mengandalkan curah hujan dan hanya bisa menghasilkan di musim hujan. Tapi, pengkajian kami membuktikan penerapan inovasi bisa meningkatkan produktivitasnya secara signifikan," kata Kepala Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) Kementan Fadjry Djufri di Jakarta, Kamis.
Upaya Kementan untuk mendorong peningkatan produktivitas padi di sawah tadah hujan dilakukan untuk memastikan stok beras nasional berlimpah. Bahkan, pemerintah memiliki target untuk meningkatkan ekspor beras.
Pekan lalu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memprediksi pada masa panen raya bulan Maret--April nanti, akan ada tambahan stok beras hingga 8 juta ton. Produksi padi tidak lagi hanya mengandalkan lahan sawah beririgasi, tapi juga pemanfaatan lahan suboptimal.
Baca juga: Gagal tanam mengancam sawah tadah hujan di NTT
"Langkah-langkah inovatif perlu dilakukan untuk memastikan produksi beras kita meningkat secara signifikan, antara lain dengan memanfaatkan lahan-lahan yang belum optimal dan menambah kapasitas produksinya," kata Fadjry.
Untuk menambah kapasitas produksi sawah tadah hujan, Fadjry menuturkan Kementan telah meningkatkan pemberian bantuan pompa air. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan Balitbangtan, pompa air menjadi titik ungkit sawah tadah hujan untuk bisa memiliki indeks pertanaman (IP) 300.
Mekanisme pemanfaatan pompa air, disebut Fadjry, harus menyesuaikan dengan kondisi di lapangan. Air tanah di lahan sawah yang dangkal dengan tingkat kedalaman sekitar enam hingga sepuluh meter, cukup menggunakan pompa kapasitas kecil yang mampu mengairi sawah.
Baca juga: Kementan : produktivitas padi Bantul lebihi rata-rata nasional
"Daerah lain yang lebih jauh dari sungai dan air tanah lebih dalam posisinya, maka diperlukan pompa dengan kapasitas lebih besar agar dapat mengeluarkan air dengan debit yang sama," kata dia.
Selain pemanfaatan pompa air, optimalisasi sawah tadah hujan juga dilakukan dengan memerhatikan kondisi tanah. Pada lahan yang bertekstur liat, produktivitas padi dapat mencapai 8 ton per hektare sedangkan pada lahan yang bertekstur pasir produktivitasnya 5 ton per hektare.
Oleh karena itu, Balitbangtan melakukan upaya untuk meningkatkan produktivitas padi pada lahan sawah yang bertekstur pasir di antaranya dengan penambahan bahan organik untuk meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan kemampuan tanah dalam memegang air.
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: