Menristek: Ibu kota negara yang baru gambarkan teknologi masa depan
26 Februari 2020 19:12 WIB
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/ Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro berbicara kepada wartawan di sela Rapat Kerja BPPT 2020 "Penguatan Daya Saing Melalui Inovasi, Transformasi Digital dan Kualitas SDM" di Gedung BPPT, Jakarta, Senin (24/02/2020). (ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak)
Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan pembangunan ibu kota negara yang baru di Kalimantan Timur akan menggambarkan pemanfaatan teknologi masa depan.
"Dari segi teknologi ibu kota negara ini diarahkan menjadi ibu kota yang bisa menggambarkan masa depan, jadi teknologi yang akan dipakai adalah teknologi yang bukan saja kekinian tetapi justru teknologi masa depan," kata Bambang kepada wartawan di sela Peluncuran Pendanaan Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) untuk Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH), di Jakarta, Rabu.
Dengan demikian, kata Bambang, riset dan penguasaan teknologi saat ini juga ditujukan untuk mendukung pembangunan ibu kota negara yang baru untuk mengimplementasikan teknologi masa depan seperti penggunaan mobil tanpa supir (autonomous car) dan konsep kota cerdas atau smart city.
Teknologi kekinian dan masa depan yang mendukung desain smart city di ibu kota negara yang baru harus benar-benar dikuasai termasuk teknologi dalam revolusi industri 4.0 seperti artificial intelligence dan cloud computing.
Baca juga: Meninjau kesiapan Benua Etam sebagai calon ibu kota negara yang baru
Menristek menuturkan bisa saja dilakukan dengan alih teknologi dengan membeli dari luar namun Indonesia tetap harus mengembangkan, menguasai dan menunjukkan kreativitas dalam menghasilkan teknologi yang mendukung pelayanan publik dan smart city di ibu kota negara yang baru.
"Akan lebih baik kalau teknologi masa depan itu juga kita kuasai sehingga kalaupun masih ada ketergantungan teknologi dari luar itu bisa diimbangi dengan teknologi yang dikuasai atau dikembangkan oleh bangsa Indonesia sendiri," tuturnya.
Sebelumnya, pada 2024, direncanakan ibu kota negara Indonesia sudah pindah ke ibu kota baru yang terletak di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan di sebagian Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Pada 23 Desember 2019, sudah ditetapkan desain dengan judul "Nagara Rimba Nusa" sebagai Pemenang Pertama Sayembara Gagasan Desain Kawasan Ibu Kota Negara. Konsep itu ditawarkan oleh tim Urban+ dengan membawa keseimbangan antara tata kota modern, pembangunan manusia, sifat manusia, dan kelestarian alam.
Kontur lokasi ibu kota baru berbukit-bukit karena merupakan bekas hutan tanaman industri seluas 256 ribu hektare ditambah dengan kawasan cadangan sehingga totalnya mencapai 410 ribu hektar dengan kawasan inti seluas 56 ribu hektare.
Baca juga: Ibu kota negara yang baru akan dibangun dengan konsep "smart city"
"Dari segi teknologi ibu kota negara ini diarahkan menjadi ibu kota yang bisa menggambarkan masa depan, jadi teknologi yang akan dipakai adalah teknologi yang bukan saja kekinian tetapi justru teknologi masa depan," kata Bambang kepada wartawan di sela Peluncuran Pendanaan Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) untuk Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH), di Jakarta, Rabu.
Dengan demikian, kata Bambang, riset dan penguasaan teknologi saat ini juga ditujukan untuk mendukung pembangunan ibu kota negara yang baru untuk mengimplementasikan teknologi masa depan seperti penggunaan mobil tanpa supir (autonomous car) dan konsep kota cerdas atau smart city.
Teknologi kekinian dan masa depan yang mendukung desain smart city di ibu kota negara yang baru harus benar-benar dikuasai termasuk teknologi dalam revolusi industri 4.0 seperti artificial intelligence dan cloud computing.
Baca juga: Meninjau kesiapan Benua Etam sebagai calon ibu kota negara yang baru
Menristek menuturkan bisa saja dilakukan dengan alih teknologi dengan membeli dari luar namun Indonesia tetap harus mengembangkan, menguasai dan menunjukkan kreativitas dalam menghasilkan teknologi yang mendukung pelayanan publik dan smart city di ibu kota negara yang baru.
"Akan lebih baik kalau teknologi masa depan itu juga kita kuasai sehingga kalaupun masih ada ketergantungan teknologi dari luar itu bisa diimbangi dengan teknologi yang dikuasai atau dikembangkan oleh bangsa Indonesia sendiri," tuturnya.
Sebelumnya, pada 2024, direncanakan ibu kota negara Indonesia sudah pindah ke ibu kota baru yang terletak di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan di sebagian Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Pada 23 Desember 2019, sudah ditetapkan desain dengan judul "Nagara Rimba Nusa" sebagai Pemenang Pertama Sayembara Gagasan Desain Kawasan Ibu Kota Negara. Konsep itu ditawarkan oleh tim Urban+ dengan membawa keseimbangan antara tata kota modern, pembangunan manusia, sifat manusia, dan kelestarian alam.
Kontur lokasi ibu kota baru berbukit-bukit karena merupakan bekas hutan tanaman industri seluas 256 ribu hektare ditambah dengan kawasan cadangan sehingga totalnya mencapai 410 ribu hektar dengan kawasan inti seluas 56 ribu hektare.
Baca juga: Ibu kota negara yang baru akan dibangun dengan konsep "smart city"
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020
Tags: