JICA-BNPB gelar pelatihan peringatan dini evakuasi banjir sungai
22 Januari 2020 14:38 WIB
Sekda Gowa Muchlis membuka pelatihan Peringatan Dini dan Evakuasi Banjir Sungai Jeneberang yang digelar JICA dan BNPB, BPBD Sulsel dan BPBD Gowa, Rabu (22/1/2020). ANTARA/HO/Humas Gowa
Gowa (ANTARA) - Japan International Coorporate Agency bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sulawesi Selatan, dan BPBD Kabupaten Gowa menggelar pelatihan peringatan dini dan evakuasi banjir Sungai Jeneberang di Yayasan Arifah, Kabupaten Gowa.
Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Gowa Muchlis yang hadir dan membuka kegiatan itu, di Gowa, Rabu, menyambut positif kegiatan tersebut karena dari sekian banyak kabupaten dan kota di Indonesia, Gowa menjadi kabupaten pertama yang dipilih JICA (Japan International Coorporate Agency).
"Tentu kami menyambut baik, pasalnya secara 'existing', Kabupaten Gowa memiliki kondisi biologis, geografis, demografis, dan sosiografis yang masuk kategori rawan bencana maupun kondisi yang membahayakan manusia," katanya.
Dirinya bersama warga Gowa lainnya masih mengingat banjir dan longsor yang mengakibatkan banyak korban jiwa dan rumah hancur akibat meluapnya Sungai Jeneberang pada 22 Januari 2019.
"Dengan adanya pelatihan hari ini, tentu diharapkan 'stakeholder' (pemangku kepentingan) terkait dan masyarakat lainnya mampu memahami langkah-langkah antisipatif apa saja yang harus kita kerjakan jika suatu hari terjadi hal yang serupa," katanya.
Baca juga: Sistem EWS BPPT pantau banjir dan longsor dukung kesiapsiagaan bencana
Pihaknya juga melakukan kerja sama dengan Kementerian Pertanian untuk penanaman pohon secara serentak di beberapa wilayah yang berpotensi bencana.
"Banyak langkah-langkah yang kami lakukan setelah musibah itu. Salah satunya menjalin kerja sama dengan Kementerian Pertanian untuk melakukan penanaman agar bisa meminimalisir dampak banjir," katanya.
JICA Expert on Conprehensive Disaster Risk Reduction, Naoto Tada, menjelaskan Jepang dan Indonesia banyak kesamaan, utamanya dalam status rawan bencana, sehingga pihaknya berkomitmen bekerja sama dengan pemerintah Indonesia melalui BNPB melakukan edukasi peringatan dini bencana.
Ia menyampaikan peristiwa 22 Januari 2019 telah menunjukkan bahwa potensi banjir di Kabupaten Gowa dengan titik besar di pesisir DAS Jeneberang telah memberikan pelajaran besar bagi pemerintah kabupaten untuk mengetahui solusi pencegahan dan penanganannya.
"Kegiatan ini pertama kali kami lakukan di Indonesia. Kita praktikkan penanganan kontigensi dengan berdasar bencana tahun 2019 lalu, dengan harapan jika ada bencana banjir jumlah korban dan kerugian material dapat kita tekan. Hal ini juga telah kami diterapkan di Jepang . Sehingga kita berharap di Indonesia juga melakukan solusi seperti ini," ucapnya.
Baca juga: Simulasi banjir digelar bersama USAID APIK dan BPBD di Kendari
Baca juga: Brimob Polda Metro simulasi evakuasi korban banjir
Baca juga: Simulasi banjir lahar dingin Merapi digiatkan
Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Gowa Muchlis yang hadir dan membuka kegiatan itu, di Gowa, Rabu, menyambut positif kegiatan tersebut karena dari sekian banyak kabupaten dan kota di Indonesia, Gowa menjadi kabupaten pertama yang dipilih JICA (Japan International Coorporate Agency).
"Tentu kami menyambut baik, pasalnya secara 'existing', Kabupaten Gowa memiliki kondisi biologis, geografis, demografis, dan sosiografis yang masuk kategori rawan bencana maupun kondisi yang membahayakan manusia," katanya.
Dirinya bersama warga Gowa lainnya masih mengingat banjir dan longsor yang mengakibatkan banyak korban jiwa dan rumah hancur akibat meluapnya Sungai Jeneberang pada 22 Januari 2019.
"Dengan adanya pelatihan hari ini, tentu diharapkan 'stakeholder' (pemangku kepentingan) terkait dan masyarakat lainnya mampu memahami langkah-langkah antisipatif apa saja yang harus kita kerjakan jika suatu hari terjadi hal yang serupa," katanya.
Baca juga: Sistem EWS BPPT pantau banjir dan longsor dukung kesiapsiagaan bencana
Pihaknya juga melakukan kerja sama dengan Kementerian Pertanian untuk penanaman pohon secara serentak di beberapa wilayah yang berpotensi bencana.
"Banyak langkah-langkah yang kami lakukan setelah musibah itu. Salah satunya menjalin kerja sama dengan Kementerian Pertanian untuk melakukan penanaman agar bisa meminimalisir dampak banjir," katanya.
JICA Expert on Conprehensive Disaster Risk Reduction, Naoto Tada, menjelaskan Jepang dan Indonesia banyak kesamaan, utamanya dalam status rawan bencana, sehingga pihaknya berkomitmen bekerja sama dengan pemerintah Indonesia melalui BNPB melakukan edukasi peringatan dini bencana.
Ia menyampaikan peristiwa 22 Januari 2019 telah menunjukkan bahwa potensi banjir di Kabupaten Gowa dengan titik besar di pesisir DAS Jeneberang telah memberikan pelajaran besar bagi pemerintah kabupaten untuk mengetahui solusi pencegahan dan penanganannya.
"Kegiatan ini pertama kali kami lakukan di Indonesia. Kita praktikkan penanganan kontigensi dengan berdasar bencana tahun 2019 lalu, dengan harapan jika ada bencana banjir jumlah korban dan kerugian material dapat kita tekan. Hal ini juga telah kami diterapkan di Jepang . Sehingga kita berharap di Indonesia juga melakukan solusi seperti ini," ucapnya.
Baca juga: Simulasi banjir digelar bersama USAID APIK dan BPBD di Kendari
Baca juga: Brimob Polda Metro simulasi evakuasi korban banjir
Baca juga: Simulasi banjir lahar dingin Merapi digiatkan
Pewarta: Muh. Hasanuddin
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020
Tags: