Telaah --- Tiga Serangkai Kekuatan Ekonomi Baru Asia
16 November 2008 21:29 WIB
Oleh Bob Widyahartono M.A. *)
Jakarta (ANTARA News) - Jepang, China dan India adalah tiga serangkai Asia yang mulai awal abad 21 makin menunjukkan kekuatan ekonominya sebagai pemain yang dalam waktu dekat ini kian mengarah ke integrasi regional Asia. al ini bukan suatu visi yang masih jauh. Prediksi sejak akhir dasa warsa 1990an ini sudah dikemukakan oleh banyak pengamat Asia dan ada beberapa yang dari dunia Barat.
Para pembuat kebijakan, eksponen bisnis dan pengamat/akademisi, termasuk yang di daerah sebaiknya mencermati perkembangan ini. Pengkajian di bawah ini tanpa terlalu terbawa arus pesimisme negara Uni Eropa (UE) dan berbagai negara di dunia, walaupun saat ini dunia masih kena dampak krisis finansial dan ekonomi dari Amerika Serikat (AS) yang baru mulai melangkah ke upaya awal menuju sembuh pada 2009 dengan adanya strategi baru dari presiden baru, Barrack Hussein Obama Jr.
Jepang Pembuka Jalan
Sejak tahun 1970an, Jepang sudah kuat ekonominya dan mampu bersaing dengan berbagai negara di Eropa dan AS. Industri otomotif dan elektronika Jepang dapat merajai pasaran dunia.
Lester C. Thurow dalam Head to head competition: The coming economic battle among Japan, Europe and America (1993) memprediksi adanya tujuh industri kunci (key industries) abad 21 untuk keunggulan negara maju, yakni di bidang elektronika mikro, bio-teknologi, industri material baru, pesawat terbang sipil, telekomunikasi, robot atau otomisasi dan komputer dengan piranti lunak yang makin canggih dan user friendly.
Ketujuh industri kunci tersebut adalah industri kekuatan otak (brain power industries). Setiap komponen dari industri itu bisa ditempatkan di mana saja di dunia. Namun, di mana mereka ditempatkan tergantung pada siapa sebagai
Sumber daya manusia yang memiliki kemampuan otak manajerial yang didukung oleh kapasitas keuangan. Hal ini yang dikenal sebagai "keunggulan buatan manusia". Keunggulan ini merupakan hasil otak manusia dalam masyarakat. Pusat industri tersebar lokasinya di luar Tokyo, yakni Nagoya, Kobe, Kansai (pulau depan Hiroshima).
Keberhasilan Jepang dengan tetap menjunjung tinggi budayanya dalam membangun masyarakat industrial merupakan suatu keajaiban kawasan Asia.
Dalam manajemen industri, Ikujiro Nonaka dari Institute of Business Researh Hitotsubashi University, pakar manajemen Jepang, awal tahun 1995 dalam The Knowledge-Creating Company gagasannya gaya titik berat pada eselon manajemen menengah. Disebutnya pemberdayaan manajemen mulai dari menengah untuk secara konkrit memfasilitasi produktivitas manajerial dan sampai sekarang terus berkembang dan memperoleh tanggapan yang positif tidak hanya dikalangan Jepang sendiri.
China dan India
Kedua negara menunjukkan tren berbeda dalam memasuki masa depan. Baru sejak 1990an keunggulan daya saing berkesinambungan (sustainable competitive advantage) di negara industri termasuk industri baru lebih banyak muncul dari keunggulan teknologi proses baru (new process technologies). Teknologi yang oleh para insinyur dan wirausahawan dikenal sebagai reverse engineering berkembang menjadi suatu seni tersendiri.
Berbagai produk baru dengan mudah dapat diimitasi dan diimprovisasi selanjutnya hingga apa yang biasanya menjadi produk utama, yaitu penemuan baru menjadi nomor dua. Dengan terjadinya penyempurnaan proses proses baru, yang tadinya produk baru menjadi ketinggalan dan proses proses baru menjadi unggul
Pembangunan ekonomi China dilandasi prinsip berkelanjutan dan gradualisme jadi tidak melakukan lompatan jauh (great leap). Dimulai dengan kawasan Timur/pantai China yang mengalami kemajuan spektakuler di bawah kepemimpinan Deng Xiao Ping sebagai negarawan China yang dikagumi dunia sejak tahun 1992 dengan memotivasi rakyat di kawasan Timur meningkatkan pendapatan per kapita tiga kali lipat dengan mengangkat keluar sekitar 300 juta manusia dari lembah kemiskinan.
Dalam industrialisasi China, maka prestasi dalam industri massalnya mengagumkan, meskipun masih dilekati berbagai kelemahan, seperti dalam menggerakkan Penanaman Modal Aasing (PMA), meningkatnya kebutuhan akan tenaga kerja manajerial dan terlatih lokal bertaraf international yang harus mereka kejar untuk tetap membuat investasi makin menarik PMA. Proses kemajuan China juga didukung sarana komunikasi terkini, seperti Internet, telepon seluler (ponsel) dan biaya telekomunikasi yang makin rendah.
Dengan kemajuan industrial yang dicapai bangsa China, terutama di kawasan Pantai/Timur (special economic zones), muncullah satu kelas konsumen yang terhitung menengah ke atas yang meningkat dalam kebutuhan sebagai pasar dan menggerakkan jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) yang kreatif, inovatif di pihak kelompok muda yang berkarya dalam industri dan perdagangan.
China masih mengandalkan pada tenaga kerja murah terampil dan dengan produktivitas yang meningkat dibandingkan Amerika. Namun kedepan pun, dengan kebutuhan manusia yang meningkat berarti tingkat upah pun akan merangkah naik.
India mulai melakukan transformasi ekonomi awal dasa warsa 1990an mutu sumber daya manusia manajerial dan teknologis lebih unggul dibandingkan China India yang tidak mengalami campur tangan pemerintahnya (less interventionist) dalam bisnis, ternyata melaju dalam bisnis taraf internasional, yakni industri berbasis pengetahuan, seperti piranti lunak (softwares), jasa teknologi informasi (Information Technology/IT services) dan farmasi yang membutuhkan mutu sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan tersendiri.
Laju inovasi di India sebagaimana di kawasan teknologi Bangalore yang oleh pengamat luar dijuluki sebagai Silicon Valley-nya India (penamaan Silicon Valley awalnya sejak dekade 1980an dikenal sebagai pusat teknologi informasi di AS). Potensi jangka panjang India dengan menyoroti sumber daya manusianya dapat dikatakan lebih tinggi dibandingkan China.Pertumbuhan India tahun 2002 adalah 4.2 persen dan secara menakjubkan menjadi 8,3 persen tahun 2003 sampai tahun 2006 .
Tantangan untuk Indonesia
Sejak awal abad 21, bangsa Asia menyadari adanya suatu proses memasuki abad Asia yang makin solid. Bahkan, sejak pertengahan 1990an apa yang terjadi di Asia khususnya Asia Timur, merupakan perkembangan paling signifikan memajuan di dunia.
Indonesia dapat turut bangga melihat kepeloporan Jepang, China dan India yang diikuti Korea Selatan sebagai Negara Asia Tmur sudah mencapai kemajuan ekonominya, dapat bersaing di pasaran dunia.
Peranan kepemimpinan Indonesia yang berani menggerakkan gaya manajemen dengan titik berat pada manajemen menengah tanpa menunda nunda dengan segala macam dalih dan tanpa setiap kali berseremoni. Artinya memberi teladan kerja keras dan cerdas (work hard and smart) tanpa banyak publisitas, tanpa meragu dan membuang buang waktu, serta berani menghargai/apresiasi pendapat masyarakat sipil (civil society) yang dipelopori oleh kelas menengah sebagai kekuatan moral dengan saran-saran dan motivasi meningkatkan budaya produktivitas. Inilah tantangan bagi bangsa Indonesia. (*)
*) Bob Widyahartono M.A. (bobwidya@cbn.net.id) adalah pengamat ekonomi/bisnis Asia, dan Lektor Kepala Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara (FE Untar) Jakarta.
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008
Tags: