Jakarta (ANTARA News) - Bangsa China pada 1 Oktober 2011 memperingati hari ulang tahun ke-62 didirikannya Republik Rakyat China (RRC). Bagaimana perjalanannya dan masa depan, terutama memantapkan peranannya dalam dasa warsa kedua abad 21?
                                          
Ketika Jiang Zemin/Zhu Rongji sebagai generasi ketiga kepemimpinan China (1993-2003) pada Kongres Rakyat Nasional ke IX dalam bulan Maret 1998 menggariskan kebijakan sebagai berikut: Yige Quebao, Sange Daowei, Wuxiang Gaige, yang artinya "satu garansi, tiga pencapaian prestasi, lima pokok reformasi" atau dikenal dengan sebutan "satu, tiga dan lima" memasuki abad 21.
 
Satu garansi itu terdiri dari tiga unsur kunci, yakni memelihara tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat inflasi rendah, dan mata uang renminbi yang stabil atau dipatok (pegged) yang tidak mengikuti nilai pasar uang internasional.
 
Tiga pencapaian prestasi yang dicanangkan meliputi sasaran "tiga hasil prestasi", yang merupakan kerangka kerja yang cukup ambisius dan program reformasi yang harus dikerjakan dalam tiga tahun (1998-2001) melewati awal abad ke-21.

Pencapaian pertama yang harus terjadi, antara lain menarik badan usaha milik negara (BUMN) China yang skala menengah dan besar keluar dari "angka merah" alias merugi terus menerus. Tanpa ragu-ragu dinyatakan bahwa BUMN merupakan salah satu masalah utama, karena tanpa restrukturisasi yang berani, maka mereka tidak akan mampu menjadi efisien dalam pasar yang makin bersaing dalam negeri maupun dalam operasi internasionalnya.

Pencapaian kedua, China melibatkan restrukturisasi menyeluruh dari sistem perbankan dan finansial. Restrukturisasi dan redefinisi berbagai fungsi diawali dengan peranan People’s Bank of China sebagai bank sentral. Fungsi fungsi non-bank sentral dialihkan kepada sejumlah lembaga lain.

Pencapaian ketiga menetapkan kondisi perampingan birokrasi yang terlalu menggelembung. Logikanya Zhu jelas. Terlalu banyak pegawai negeri yang menerima gaji rendah (underpaid) membuka peluang korupsi dan inefisiensi. Zhu mulai dengan merampingkan jumlah kementerian menjadi separuh dengan jumlah karyawan yang dirampingkan (streamlined).  

Lima  pokok reformasi  yang dimaksud mencakup peningkatan mutu dalam hal: 1. Distribusi gandum (grain); 2. Peningkatan modal; 3. Perumahan rakyat di daerah; 4. Pemeliharaan kesehatan; 5. Restrukturisasi (overhaul) dari sistem keuangan dan perpajakan.
 
Dalam penyelenggaraan reformasi tersebut keterlibatan masyarakat banyak digerakkan, dan dalam mewujudkan "tiga pencapaian prestasi" kelima butir reformasi harus secara simultan dikerjakan, agar hambatan hambatan masa lalu yang bisa muncul dalam reformasi ekonomi China dapat diminimalisasi.

Reformasi juga menggerakkan masyarakat untuk mengambil asuransi kesehatan untuk menutup biaya kesehatan, menciptakan dana pensiun untuk masa pensiun dan memperoleh pinjaman dari bank (mortgage loan) untuk membeli rumah. Suatu tekad yang berani untuk mendayung maju demi rasa aman dan sejahtera rakyat China masa depan.

Generasi 2003-2012

Generasi Jiang Zemin/Zhu Rongji awal abad 21 mewariskan pada Hu Jintao/Wen Jiabao, yang mulai 2003 dengan tekad "China bertambah matang/dewasa", sekalipun ke masa depan terbentang berbagai masalah yang masih tetap perlu pemecahan, sekalipun dalam peralihan generasi kepemimpinan tidak dibahas kebijakan ekonomi apakah perlu penyempurnaan dan penghalusan.

Hal yang tetap menjadi wacana para penerusnya adalah bahwa pertumbuhan paling cepat mulai abad 21 adalah memberi bobot pada jiwa kewirausahaan rakyat untuk berkreatifitas dan berinovasi dalam wadah perusahaan perusahaan skala kecil dan menengah milik swasta (rakyat) secara mandiri.

Interaksi dan interkoneksitas antar usaha dan perbankan tidak mungkin lagi menggunakan bekal "kekuasaan pejabat", tapi menjadi harus  secara profesional dan dijiwai kewirausahaan melakukan hubungan jaringan (guanxi) atas dasar kepercayaan (shin yung) dengan tetap memegang teguh aturan sistem modern.
 
Keberhasilan pembangunan tidak melulu di kawasan pantai, tetapi pembangunan kawasan tengah dan barat, justru makin memperoleh porsi pembangunan yang lebih intens. Salah satunya, inisiatif pemerintah untuk membangun jaringan jalanan dan kereta api baru dari pesisir ke pedalaman, dengan melibatkan partisipasi modal swasta.

Dibangunnya jaringan infrastruktur fisik termasuk listrik dan telekomunikasi menurut para ekonom China sendiri akan mengurangi arus urbanisasi ke daerah pantai yang dimasa dekade 1980-an dan 1990an dianggap menjanjikan kesempatan untuk menjadi sejahtera secara finansial atau menjadi kaya.

Tugas dan tanggung jawab kepemimpinan Hu Jintao yang penuh tantangan dan peluang untuk menorehkan tinta emas dalam kebijakan ekonomi yang pro-rakyat, pro-keadilan dan pro-kemakmuran

Hu Jintao/Wen Jiabao dengan timnya yang terdiri dari generasi baru atau yang bisa disebut generasi ke empat pimpinan China tetap harus bekerja keras untuk mewujudkan sejumlah pokok keputusan dalam "Pembangunan Lima Tahun Kesepuluh", yakni 1. Pertumbuhan GDP tahunan sebesar 8% hingga 9% ; 2. Peningkatan efisiensi perusahaan BUMN dan swasta; 3. Perintisan baru dalam penelitian dan pengembangan teknologi; 4. Peningkatan standar hidup dari apa yang mereka sebut xiao kang (kenyamanan/kesejahteraan) menuju ke gengjia fuyu (kemakmuran).

Melaksanakan kebijakan ekonomi semacam itu pasti bukan tugas yang ringan. Fokus Hu dan generasi barunya mencapai keberhasilan dalam meletakkan dasar dasarnya mulai dari kawasan pantai sampai ke kawasan barat. Fokus pimpinan negara China dan dunia menyaksikan suatu awal transformasi standar hidup yang akan mencapai stable medium level stage of development (taraf pembangunan menengah yang stabil) dalam tahun 2010 hingga 2020an.

Sejak zamannya Jiang/Zu memasukkan juga revolusi Internet sebagai sarana keterbukaan dalam membangun ekonominya. Suatu ketajaman berpikir  dalam memberi bobot pada upaya mencapai kemakmuran. Telekomunikasi yang bergerak (mobile) terus pula berkembang tidak hanya di kawasan pantai, tapi merambat ke pedalaman. Artinya, munculnya multimedia tanpa mengebiri keberadaan kebudayaan spritual dalam mencari kebudayaan material berlebihan.

China bertekad terus bergerak maju dalam mencari kesejahteraan dengan memotivasi rakyatnya yang jumlahnya 1,3 miliar jiwa. Membangun keseimbangan dengan kawasan pantai adalah rencana program berkelanjutan dengan fokus pada pembangunan ekonomi dan mutu manusia kawasan  barat/pusat.

Peranan dan dukungan kelas menengah baru sejak akhir 1980an, yang berjiwa nasioalisme demi pembangunan negara dan bangsa, secara gradual dan keseluruhan.

Hu Jintao meyebut san ge tiejin (tiga kedekatan: dekat dengan realita, dekat dengan rakyat, dan dekat dengan kehidupan).  Dari prinsip "satu, tiga, dan lima"-nya, Jiang Zemin/Zhu Rhongji ke Hu Jintao/Wen Jiabao memiliki kebijakan yang oleh berbagai kalangan di luar China dinilai bukan yang model Barat.

Makin jelas arah kebijakan kepemimpin China, dan tidak hanya berintikan kebijakan wacana perekonomian, tapi juga perpolitikan, mutu kehidupan, dan keseimbangan kekuatan global, yakni kekuatan perpolitikan ke perpolitikan bermoral.

Kedalam negerinya sikap pandang kepemimpinan Hu Jintao/Wen Jiabao dalam berinternasionalisasi ditegaskan dengan ungkapan meiyu minzu zhuji, jiu meiyu shehui zhuji. Meiyu shihui zhuji, jiu meiyu shehui zhuji (tiada sosialisme tanpa demokrasi, dan tiada demokrasi tanpa sosialisme).

Kesinambungan kepemimpinan China sejak tahun 1978 (eranya Deng Xiaoping) sejak awal dasawarsa 1990an, dan dalam berinternasionalisasi mulai abad ke-21 selanjutnya, sebagai suatu era strategis yang sangat penting untuk menjadi pemain yang diperhitungkan dalam dunia, tanpa niat berhegemoni di Asia Timur, termasuk ASEAN.

Ketegasan dalam menanggapi strategi Amerika Serikat (AS) di Asia Timur, sebagaimana dalam  serangkaian pertemuan multilateral organisasi perdagangan bebas (WTO), dana moneter internasional (IMF) dan Kelompok 20 Negara (G20).
    
Baru-baru ini terungkap dalam berbagai media bahwa persiapan regenerasi kepemimpinan Hu Jintao/Wen Jiabao ke para calon penerus tengah disiapkan untuk dipilih dalam Kongres Rakyat untuk periode 2012-2023.

Bagi China, maka visinya dengan proses peningkatan damai (peaceful rise) dengan diplomasi lunak (soft power diplomacy), dan bukan berkonfrontasi dalam berinternasionalisasi, dalam arti sebagai yang diungkapkan oleh Hu Jintao (April 2004), no hegemonism, no power politics, no alliances and no arms races di kawasan  Asia. Ungkapan ini diulang dengan kata-kata sejenis oleh Wen Jiabao dalam kunjungannya ke Indonesia pada akhir April 2011.   

Bagi para elite dan pebisnis kita, maka upaya mengawali analisis mengenai masa depan China, berarti perlu memahami ungkapan menarik, yang berkembang sejak awal 1990an, yakni "emansipasi dalam arti membuka dan menyegarkan pikiran yang didasarkan atas saling mempercayai, dengan menjauhi indoktrinasi, karena indoktrinasi menumbuhkan ketakutan".

Kesinambungan kepemimpinan China makin jelas mulai abad 21, yang dicirikan sebagai suatu era strategis yang penting, makin membawa China menjadi pemain yang diperhitungkan dalam dunia perpolitikan, ekonomi/keuangan dengan mata uang renminbi yang tetap dikendalikan nilai tukarnya dan sosial, tanpa niat berhegenomi di kawasan dunia dan Asia, serta bersama membangun Abad Asia.

*) Bob Widyahartono (bobwidya@cbn.net.id) adalah pengamat ekonomi/bisnis Asia Timur; Lektor Kepala Fakultas Ekonomo Universitas Tarumanagara (FE Untar).

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011