Artikel
Ayo kenali, atur pola makan, bergerak di Hari Diabetes Dunia
Oleh Virna P Setyorini
14 November 2019 12:56 WIB
Dokter Spesialis Gizi Klinik RSCM Dr. dr. Fiastuti Witjaksono memberikan penjelasan dalam acara Gerakan Lawan Diabetes Bersama Dia, yang diadakan untuk memperingati Hari Diabetes Sedunia yang jatuh pada setiap 14 November, di Jakarta, Rabu (13/11/2019). (ANTARA/Katriana)
Jakarta (ANTARA) - Bertepatan dengan Hari Diabetes Dunia yang diperingati setiap tanggal 14 November, kali ini Federasi Diabetes Internasional (IDF) menyasar keluarga untuk meningkatkan kesadaran manajemen, perawatan, pencegahan dan pendidikan tentang diabetes.
Penelitian yang dilakukan oleh IDF pada 2018 menemukan bahwa orang tua akan berjuang mati-matian untuk mengetahui penyakit serius yang mungkin seumur hidup dapat diderita anak-anak mereka.
Meskipun sebagian besar orang tua yang disurvei IDF memiliki anggota keluarga yang sebenarnya menderita diabetes, empat dari lima orang tua mengalami kesulitan mengenali tanda-tanda diabetes, sedangkan satu dari tiga dari mereka bahkan tidak akan menemukan tanda-tanda tersebut.
Temuan ini menggarisbawahi perlunya pendidikan dan kesadaran untuk membantu orang menemukan tanda-tanda diabetes sejak dini.
Mari melihat seperti apa yang terjadi di Indonesia. Kota Bekasi, yang kerap diolok sebagai planet lain oleh penduduk Ibu Kota, ternyata memiliki catatan mengejutkan terkait warganya yang menderita penyakit diabetes.
Menurut Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit pada Dinas Kesehatan Kota Bekasi Dezi Syukrawati, sepanjang 2018 penderita diabetes mencapai 47.018 orang.
Yang lebih parah, penderitanya didominasi oleh mereka yang ada di usia produktif. Makanan mengandung gula dan karbohidrat berlebih yang dikonsumsi menjadi penyebab gula darah mereka meningkat.
Baca juga: Penyandang diabetes, terapkan pola makan tepat 3J
Baca juga: Rekomendasi roti hingga buah untuk penyandang diabetes
Baca juga: Ahli ajak masyarakat kenali gejala diabetes
Lalu bagaimana dengan anak-anak?
Baru-baru ini Sekretaris Endokrinologi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. dr. Nanis Sacharina Marzuki, Sp.A (K) mengatakan berdasarkan sebuah penelitian di luar negeri angka diabetes anak mencapai 5-10 persen diabetes melitus keseluruhan.
”Jadi kalau tadi dikatakan di Indonesia ada sekitar 10 juta pasien diabetes mungkin sekitar 10 persen dari situ adalah anak-anak," ujar dia.
Naning juga mengatakan dari angka tersebut 90 persen di antara anak-anak dan remaja mengidap diabetes melitus tipe 1 dan 90 persen anak dan remaja yang menjadi penderita diabetes melitus tipe 1yang membutuhkan terapi insulin seumur hidup.
Diabetes tipe 1 adalah kondisi yang ditandai dengan tingginya kadar gula atau glukosa dalam darah. Diabetes tipe 1 terjadi ketika tubuh kurang atau sama sekali tidak memproduksi insulin sehingga berakibat penderita penyakit ini memerlukan tambahan insulin dari luar.
Sedangkan diabetes tipe 2 adalah kondisi di mana kadar gula dalam darah melebihi nilai normal disebabkan tubuh tidak menggunakan hormon insulin yang dihasilkan pankreas secara normal. Penyebab terganggunya sel tubuh yang tidak menunggu hormon insulin tersebut belum diketahui secara pasti, namun selain diduga berkaitan dengan gen ada pula faktor pemicu lainnya, seperti kurang olahraga, merokok, sering stres, kurang istirahat.
Sementara sejumlah kondisi yang diduga berisiko menimbulkan diabetes tipe 2 adalah yakni prediabetes, gangguan jantung dan pembuluh darah, Hipertensi, Tingkat kolesterol baik (HDL), Trigliserida tinggi, Obesitas, Diabetes gestational yaitu diabetes yang terjadi selama kehamilan, Agantosis nigrikans.
Baca juga: Jam berapa penyandang diabetes sebaiknya makan malam?
Baca juga: Nila Moeloek sebut masyarakat cenderung masih sepelekan diabetes
Baca juga: Nila Moeloek ajak masyarakat terapkan "isi piringku" cegah diabetes
Kenali diabetes
Menteri Kesehatan pada Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo, Nila Moeloek mengatakan masyarakat di Indonesia cenderung masih menyepelekan diabetes, atau bahkan tidak tahu tanda-tanda penyakit ini.
Masyarakat perlu mengetahui tanda-tanda penyakit diabetes di antaranya sering haus, cepat lapar dan sering buang air kecil di malam hari. Sebagai contoh, ia mengatakan saat sering haus masyarakat terkadang berpikir bahwa hal itu disebabkan suhu udara yang panas.
Selanjutnya jika sering lapar dianggap karena kurang konsumsi makanan. Begitu pula masyarakat yang sering buang air kecil di malam hari malah menganggap hal itu disebabkan banyaknya konsumsi air atau cairan pada siang hari.
"Padahal ini merupakan tanda-tanda diabetes sehingga seharusnya kita menjadi lebih peka," katanya.
Nila Moeloek juga mengatakan pemerintah saat ini sudah menyediakan pos binaan terpadu (posbindu) untuk menangani masyarakat yang mengidap diabetes.
"Posbindu ini merupakan fasilitas dari pemerintah untuk penanganan diabetes di Indonesia. Jadi, masyarakat perhatikan pola makan dan pemerintah sediakan fasilitasnya," kata dia.
Secara umum, posbindu merupakan kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) terintegrasi, salah satunya diabetes. Selain itu, pemerintah juga memiliki sekitar 10.000 pukesmas, 22.000 klinik mandiri dan pos pelayanan terpadu (posyandu) yang disarankan tidak hanya melayani anak-anak tetapi juga orang dewasa.
Sementara Konsultan Metabolik Endokrin Dr. dr. Fatimah Eliana mengatakan beberapa gejala diabetes yang terkadang tidak disadari yakni sering muncul rasa haus yang berlebihan, sering buang air kecil terutama pada malam hari, sering merasa ngantuk, sering merasa lapar dan lemas.
Apabila seseorang menemukan salah satu dari gejala tersebut, maka orang tersebut diimbau untuk segera memeriksa gula darahnya untuk melihat apakah orang itu memiliki tingkat gula darah tinggi atau tidak.
Seseorang berisiko terkena diabetes apabila tingkat gula darahnya mencapai di atas 300 mg/dL.
Baca juga: IDAI: 90 persen anak penderita diabetes perlu insulin seumur hidup
Baca juga: Guru besar: Waspadai gejala diabetes melitus tipe 2
Baca juga: YKI dengungkan Gerakan Perangi Diabetes pada "World Diabetes Day"
Atur pola makan
Dokter Spesialis Gizi Klinik RSCM Dr. dr. Fiastuti Witjaksono menyarankan penyandang diabetes menerapkan pola makan yang tepat 3J, yaitu tepat jadwal, jumlah, dan jenis agar dapat menstabilkan gula darah.
Ia menekankan penderita diabetes mengikuti panduan pola makan dengan berbagai makanan bergizi dalam takaran porsi yang tepat dan mengikuti waktu makan yang rutin dibandingkan dengan pola makan ketat yang mengurangi porsi makan.
Diet untuk penyandang diabetes adalah tetap menerapkan pola makan dengan gizi seimbang yang mengandung karbohidrat, baik yang memiliki indeks glikemik rendah, tinggi serat, vitamin, maupun mineral.
Tepat jadwal artinya penyandang diabetes dianjurkan untuk makan tiap tiga jam yang terdiri atas tiga kali makan, yaitu sarapan, makan siang, dan makan malam, serta tiga kali selingan.
Sedangkan tepat jumlah yaitu kebutuhan kalori harian disesuaikan dengan berat badan, usia, jenis kelamin, dan aktivitas fisik, sedangkan tepat jenis artinya penyandang diabetes perlu memilih jenis makanan dengan tepat, dengan menghindari makanan yang mengandung gula atau karbohidrat sederhana, seperti makanan manis, susu kental manis, gula, dan madu.
Imbauan untuk menghindari jenis makanan tertentu bukan berarti penderita tidak diperbolehkan sama sekali untuk mengonsumsinya.
Mereka masih dapat memperoleh nutrisi dari karbohidrat untuk memenuhi kebutuhan energi utama. Namun, karbohidrat yang disarankan bagi penderita diabetes adalah karbohidrat kompleks dan mengandung banyak serat, seperti nasi merah atau roti yang terbuat dari gandum utuh.
Selain itu, penyandang diabetes juga disarankan menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan lemak trans seperti gorengan.
Baca juga: Dokter sebut diabetes sebabkan kematian jika ada komplikasi
Baca juga: Dokter Ketut: Pencegahan komplikasi diabetes kurangi biaya ekonomi
Baca juga: Beda puasa intermiten dan asupan rendah karbohidrat untuk diet
Bergerak
Guru besar Ilmu Penyakit Dalam Universitas Andalas (Unand) Padang Prof Eva Decroli mengatakan melakukan olahraga rutin selama 150 menit dalam seminggu dapat mencegah penyakit diabetes melitus tipe 2.
Dengan demikian, setidaknya hanya butuh waktu 22 menit setiap hari melakukan olahraga. Dan jika 150 menit berjalan kaki dilakukan dalam seminggu setidaknya mampu membakar 700 kalori.
Eva mengatakan menjalankan hidup sehat dan mengurangi asupan kalori memang efektif mencegah diabetes melitus tipe 2. Dengan cara itu insiden diabetes tipe itu dapat diturunkan 58 persen dalam tiga tahun.
"Ini lebih baik daripada pencegahan dengan menggunakan obat-obatan. Olahraga 150 menit per minggu dapat dilakukan dengan berjalan kaki karena dapat membakar 700 kalori per minggu," ujar Eva.
IDF menyebut setidaknya satu dari dua orang yang saat ini hidup dengan diabetes tidak terdiagnosis. Sebagian besar dari mereka menderita diabetes tipe 2.
Jika tidak diobati atau tidak dikelola, diabetes dapat menyebabkan komplikasi yang mengubah hidup. Ancaman itu termasuk kebutaan, amputasi, gagal ginjal, serangan jantung dan stroke.
Jadi tepat di Hari Diabetes Dunia kali ini tidak ada salahnya menguji pengetahuan diri sendiri terkait penyakit yang bertanggung jawab atas empat juta kematian pada 2017. Ayo kenali, atur pola makan dan bergerak bersama.*
Baca juga: Pradiabetes bisa kembali normal dengan datangi Posbindu
Baca juga: Turunkan risiko diabetes tipe 2 dengan cara ini
Baca juga: Kemkes: Penyakit tidak menular jadi penyebab kematian paling banyak
Penelitian yang dilakukan oleh IDF pada 2018 menemukan bahwa orang tua akan berjuang mati-matian untuk mengetahui penyakit serius yang mungkin seumur hidup dapat diderita anak-anak mereka.
Meskipun sebagian besar orang tua yang disurvei IDF memiliki anggota keluarga yang sebenarnya menderita diabetes, empat dari lima orang tua mengalami kesulitan mengenali tanda-tanda diabetes, sedangkan satu dari tiga dari mereka bahkan tidak akan menemukan tanda-tanda tersebut.
Temuan ini menggarisbawahi perlunya pendidikan dan kesadaran untuk membantu orang menemukan tanda-tanda diabetes sejak dini.
Mari melihat seperti apa yang terjadi di Indonesia. Kota Bekasi, yang kerap diolok sebagai planet lain oleh penduduk Ibu Kota, ternyata memiliki catatan mengejutkan terkait warganya yang menderita penyakit diabetes.
Menurut Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit pada Dinas Kesehatan Kota Bekasi Dezi Syukrawati, sepanjang 2018 penderita diabetes mencapai 47.018 orang.
Yang lebih parah, penderitanya didominasi oleh mereka yang ada di usia produktif. Makanan mengandung gula dan karbohidrat berlebih yang dikonsumsi menjadi penyebab gula darah mereka meningkat.
Baca juga: Penyandang diabetes, terapkan pola makan tepat 3J
Baca juga: Rekomendasi roti hingga buah untuk penyandang diabetes
Baca juga: Ahli ajak masyarakat kenali gejala diabetes
Lalu bagaimana dengan anak-anak?
Baru-baru ini Sekretaris Endokrinologi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. dr. Nanis Sacharina Marzuki, Sp.A (K) mengatakan berdasarkan sebuah penelitian di luar negeri angka diabetes anak mencapai 5-10 persen diabetes melitus keseluruhan.
”Jadi kalau tadi dikatakan di Indonesia ada sekitar 10 juta pasien diabetes mungkin sekitar 10 persen dari situ adalah anak-anak," ujar dia.
Naning juga mengatakan dari angka tersebut 90 persen di antara anak-anak dan remaja mengidap diabetes melitus tipe 1 dan 90 persen anak dan remaja yang menjadi penderita diabetes melitus tipe 1yang membutuhkan terapi insulin seumur hidup.
Diabetes tipe 1 adalah kondisi yang ditandai dengan tingginya kadar gula atau glukosa dalam darah. Diabetes tipe 1 terjadi ketika tubuh kurang atau sama sekali tidak memproduksi insulin sehingga berakibat penderita penyakit ini memerlukan tambahan insulin dari luar.
Sedangkan diabetes tipe 2 adalah kondisi di mana kadar gula dalam darah melebihi nilai normal disebabkan tubuh tidak menggunakan hormon insulin yang dihasilkan pankreas secara normal. Penyebab terganggunya sel tubuh yang tidak menunggu hormon insulin tersebut belum diketahui secara pasti, namun selain diduga berkaitan dengan gen ada pula faktor pemicu lainnya, seperti kurang olahraga, merokok, sering stres, kurang istirahat.
Sementara sejumlah kondisi yang diduga berisiko menimbulkan diabetes tipe 2 adalah yakni prediabetes, gangguan jantung dan pembuluh darah, Hipertensi, Tingkat kolesterol baik (HDL), Trigliserida tinggi, Obesitas, Diabetes gestational yaitu diabetes yang terjadi selama kehamilan, Agantosis nigrikans.
Baca juga: Jam berapa penyandang diabetes sebaiknya makan malam?
Baca juga: Nila Moeloek sebut masyarakat cenderung masih sepelekan diabetes
Baca juga: Nila Moeloek ajak masyarakat terapkan "isi piringku" cegah diabetes
Kenali diabetes
Menteri Kesehatan pada Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo, Nila Moeloek mengatakan masyarakat di Indonesia cenderung masih menyepelekan diabetes, atau bahkan tidak tahu tanda-tanda penyakit ini.
Masyarakat perlu mengetahui tanda-tanda penyakit diabetes di antaranya sering haus, cepat lapar dan sering buang air kecil di malam hari. Sebagai contoh, ia mengatakan saat sering haus masyarakat terkadang berpikir bahwa hal itu disebabkan suhu udara yang panas.
Selanjutnya jika sering lapar dianggap karena kurang konsumsi makanan. Begitu pula masyarakat yang sering buang air kecil di malam hari malah menganggap hal itu disebabkan banyaknya konsumsi air atau cairan pada siang hari.
"Padahal ini merupakan tanda-tanda diabetes sehingga seharusnya kita menjadi lebih peka," katanya.
Nila Moeloek juga mengatakan pemerintah saat ini sudah menyediakan pos binaan terpadu (posbindu) untuk menangani masyarakat yang mengidap diabetes.
"Posbindu ini merupakan fasilitas dari pemerintah untuk penanganan diabetes di Indonesia. Jadi, masyarakat perhatikan pola makan dan pemerintah sediakan fasilitasnya," kata dia.
Secara umum, posbindu merupakan kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) terintegrasi, salah satunya diabetes. Selain itu, pemerintah juga memiliki sekitar 10.000 pukesmas, 22.000 klinik mandiri dan pos pelayanan terpadu (posyandu) yang disarankan tidak hanya melayani anak-anak tetapi juga orang dewasa.
Sementara Konsultan Metabolik Endokrin Dr. dr. Fatimah Eliana mengatakan beberapa gejala diabetes yang terkadang tidak disadari yakni sering muncul rasa haus yang berlebihan, sering buang air kecil terutama pada malam hari, sering merasa ngantuk, sering merasa lapar dan lemas.
Apabila seseorang menemukan salah satu dari gejala tersebut, maka orang tersebut diimbau untuk segera memeriksa gula darahnya untuk melihat apakah orang itu memiliki tingkat gula darah tinggi atau tidak.
Seseorang berisiko terkena diabetes apabila tingkat gula darahnya mencapai di atas 300 mg/dL.
Baca juga: IDAI: 90 persen anak penderita diabetes perlu insulin seumur hidup
Baca juga: Guru besar: Waspadai gejala diabetes melitus tipe 2
Baca juga: YKI dengungkan Gerakan Perangi Diabetes pada "World Diabetes Day"
Atur pola makan
Dokter Spesialis Gizi Klinik RSCM Dr. dr. Fiastuti Witjaksono menyarankan penyandang diabetes menerapkan pola makan yang tepat 3J, yaitu tepat jadwal, jumlah, dan jenis agar dapat menstabilkan gula darah.
Ia menekankan penderita diabetes mengikuti panduan pola makan dengan berbagai makanan bergizi dalam takaran porsi yang tepat dan mengikuti waktu makan yang rutin dibandingkan dengan pola makan ketat yang mengurangi porsi makan.
Diet untuk penyandang diabetes adalah tetap menerapkan pola makan dengan gizi seimbang yang mengandung karbohidrat, baik yang memiliki indeks glikemik rendah, tinggi serat, vitamin, maupun mineral.
Tepat jadwal artinya penyandang diabetes dianjurkan untuk makan tiap tiga jam yang terdiri atas tiga kali makan, yaitu sarapan, makan siang, dan makan malam, serta tiga kali selingan.
Sedangkan tepat jumlah yaitu kebutuhan kalori harian disesuaikan dengan berat badan, usia, jenis kelamin, dan aktivitas fisik, sedangkan tepat jenis artinya penyandang diabetes perlu memilih jenis makanan dengan tepat, dengan menghindari makanan yang mengandung gula atau karbohidrat sederhana, seperti makanan manis, susu kental manis, gula, dan madu.
Imbauan untuk menghindari jenis makanan tertentu bukan berarti penderita tidak diperbolehkan sama sekali untuk mengonsumsinya.
Mereka masih dapat memperoleh nutrisi dari karbohidrat untuk memenuhi kebutuhan energi utama. Namun, karbohidrat yang disarankan bagi penderita diabetes adalah karbohidrat kompleks dan mengandung banyak serat, seperti nasi merah atau roti yang terbuat dari gandum utuh.
Selain itu, penyandang diabetes juga disarankan menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan lemak trans seperti gorengan.
Baca juga: Dokter sebut diabetes sebabkan kematian jika ada komplikasi
Baca juga: Dokter Ketut: Pencegahan komplikasi diabetes kurangi biaya ekonomi
Baca juga: Beda puasa intermiten dan asupan rendah karbohidrat untuk diet
Bergerak
Guru besar Ilmu Penyakit Dalam Universitas Andalas (Unand) Padang Prof Eva Decroli mengatakan melakukan olahraga rutin selama 150 menit dalam seminggu dapat mencegah penyakit diabetes melitus tipe 2.
Dengan demikian, setidaknya hanya butuh waktu 22 menit setiap hari melakukan olahraga. Dan jika 150 menit berjalan kaki dilakukan dalam seminggu setidaknya mampu membakar 700 kalori.
Eva mengatakan menjalankan hidup sehat dan mengurangi asupan kalori memang efektif mencegah diabetes melitus tipe 2. Dengan cara itu insiden diabetes tipe itu dapat diturunkan 58 persen dalam tiga tahun.
"Ini lebih baik daripada pencegahan dengan menggunakan obat-obatan. Olahraga 150 menit per minggu dapat dilakukan dengan berjalan kaki karena dapat membakar 700 kalori per minggu," ujar Eva.
IDF menyebut setidaknya satu dari dua orang yang saat ini hidup dengan diabetes tidak terdiagnosis. Sebagian besar dari mereka menderita diabetes tipe 2.
Jika tidak diobati atau tidak dikelola, diabetes dapat menyebabkan komplikasi yang mengubah hidup. Ancaman itu termasuk kebutaan, amputasi, gagal ginjal, serangan jantung dan stroke.
Jadi tepat di Hari Diabetes Dunia kali ini tidak ada salahnya menguji pengetahuan diri sendiri terkait penyakit yang bertanggung jawab atas empat juta kematian pada 2017. Ayo kenali, atur pola makan dan bergerak bersama.*
Baca juga: Pradiabetes bisa kembali normal dengan datangi Posbindu
Baca juga: Turunkan risiko diabetes tipe 2 dengan cara ini
Baca juga: Kemkes: Penyakit tidak menular jadi penyebab kematian paling banyak
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019
Tags: