IDAI: 90 persen anak penderita diabetes perlu insulin seumur hidup
11 November 2019 17:51 WIB
Ahli endokrin anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Nanis menyampaikan paparan dalam temu media di Kementerian Kesehatan dalam memperingati Hari Diabetes Sedunia, Jakarta, Senin (11/11/2019). (ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak)
Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Endokrinologi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. dr. Nanis Sacharina Marzuki, Sp.A (K) mengatakan sebanyak 90 persen anak-anak penderita diabetes melitus tipe 1 yang membutuhkan terapi insulin seumur hidup.
"Sebanyak 90 persen diabetes pada anak dan remaja adalah diabetes melitus tipe 1," kata ahli endokrin anak dr. Nanis dalam temu media di Kementerian Kesehatan dalam memperingati Hari Diabetes Sedunia, Jakarta, Senin.
Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang timbul akibat peningkatan kadar gula darah di atas normal yang berlangsung secara kronis. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas dan berfungsi mengatur penggunaan glukosa oleh otot, lemak atau sel-sel lain di tubuh. Glukosa masuk ke dalam sel untuk digunakan sebagai energi.
Baca juga: Waspadai diabetes pada anak
Diabetes melitus tipe 1 disebabkan oleh reaksi autoimun yang menyerang sel pankreas yang memproduksi insulin, sehingga insulin yang dihasilkan tidak cukup. Oleh karena itu, penderita diabetes melitus tipe ini memerlukan terapi insulin seumur hidup.
Sementara ada penyakit diabetes melitus tipe 2 yang disebabkan gangguan kerja insulin dan dapat disertai kerusakan pada sel pankreas. Diabetes melitus tipe ini biasanya terdiagnosis pada usia pubertas atau lebih tua.
Diabetes melitus tipe 2 ini berkaitan dengan gaya hidup tidak sehat antara lain obesitas, kurang aktivitas, hipertensi, pola makan tidak sehat, suka makan-makanan cepat saji, dan merokok.
dr. Nanis menuturkan terjadi pertambahan pasien terdaftar dengan diabetes melitus tipe 1 sebanyak 30 orang tiap tahun. Berdasarkan data registri UKK Endokrinologi IDAI yang dikeluarkan Oktober 2019, jumlah pasien dengan diabetes melitus tipe 1 pada 2016 sebanyak 1.160 orang, pada 2018 sebanyak 1.220 orang, dan pada sebanyak 1.251 orang.
Sementara, pasien terdaftar dengan penyakit diabetes melitus tipe 2 mengalami pertambahan 20 orang tiap tahun, berdasarkan data jumlah pasien terdaftar sebanyak 81 orang pada 2016 dan 142 orang pada 2019.
dr. Nanis menuturkan perawatan penderita diabetes melitus tipe 1 menyasar pada target kualitas hidup penderita seoptimal mungkin dengan kontrol metabolik yang baik. Untuk penderita diabetes ini, harus memperhatikan antara lain suntikan insulin secara rutin, pengaturan makanan, olahraga dan pemantauan mandiri.
Penderita diabetes melitus tipe 1 memerlukan cek gula darah rutin minimal empat kali per hari.
"Menurut penelitian di luar, angka diabetes anak itu 5-10 persen diabetes melitus total keseluruhan. Jadi tadi dikatakan di Indonesia ada sekitar 10 juta pasien diabetes mungkin sekitar 10 persen dari situ adalah anak-anak," ujarnya.
dr. Nanis menuturkan jika anak dapat penyakit diabetes sejak usia kurang dari 15 tahun dan penyakitnya tidak terkontrol, maka pada umur 25 tahun, sudah muncul semua kelainan termasuk gagal ginjal, kelainan retina dan hipertensi yang muncul di usia lebih muda sehingga kematian dini muncul lebih cepat. Untuk itu, perlu segera dianosis dan menjaga pola hidup sehat sehari-hari dan di keluarga.
Dia menuturkan orang tua harus peduli keadaan anak dan memiliki inisiatif untuk memeriksa kadar gula dalam darah pada anak.
Jika anak lemas, mengeluarkan air seni banyak dan sering, mengalami dehidrasi berlebihan dan berat badan turun, maka segera periksa kadar gula dalam darah minimal dengan pemeriksaan kandungan glukosa di urin.
Baca juga: Prinsip 5201 untuk cegah diabetes pada anak
"Sebanyak 90 persen diabetes pada anak dan remaja adalah diabetes melitus tipe 1," kata ahli endokrin anak dr. Nanis dalam temu media di Kementerian Kesehatan dalam memperingati Hari Diabetes Sedunia, Jakarta, Senin.
Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang timbul akibat peningkatan kadar gula darah di atas normal yang berlangsung secara kronis. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas dan berfungsi mengatur penggunaan glukosa oleh otot, lemak atau sel-sel lain di tubuh. Glukosa masuk ke dalam sel untuk digunakan sebagai energi.
Baca juga: Waspadai diabetes pada anak
Diabetes melitus tipe 1 disebabkan oleh reaksi autoimun yang menyerang sel pankreas yang memproduksi insulin, sehingga insulin yang dihasilkan tidak cukup. Oleh karena itu, penderita diabetes melitus tipe ini memerlukan terapi insulin seumur hidup.
Sementara ada penyakit diabetes melitus tipe 2 yang disebabkan gangguan kerja insulin dan dapat disertai kerusakan pada sel pankreas. Diabetes melitus tipe ini biasanya terdiagnosis pada usia pubertas atau lebih tua.
Diabetes melitus tipe 2 ini berkaitan dengan gaya hidup tidak sehat antara lain obesitas, kurang aktivitas, hipertensi, pola makan tidak sehat, suka makan-makanan cepat saji, dan merokok.
dr. Nanis menuturkan terjadi pertambahan pasien terdaftar dengan diabetes melitus tipe 1 sebanyak 30 orang tiap tahun. Berdasarkan data registri UKK Endokrinologi IDAI yang dikeluarkan Oktober 2019, jumlah pasien dengan diabetes melitus tipe 1 pada 2016 sebanyak 1.160 orang, pada 2018 sebanyak 1.220 orang, dan pada sebanyak 1.251 orang.
Sementara, pasien terdaftar dengan penyakit diabetes melitus tipe 2 mengalami pertambahan 20 orang tiap tahun, berdasarkan data jumlah pasien terdaftar sebanyak 81 orang pada 2016 dan 142 orang pada 2019.
dr. Nanis menuturkan perawatan penderita diabetes melitus tipe 1 menyasar pada target kualitas hidup penderita seoptimal mungkin dengan kontrol metabolik yang baik. Untuk penderita diabetes ini, harus memperhatikan antara lain suntikan insulin secara rutin, pengaturan makanan, olahraga dan pemantauan mandiri.
Penderita diabetes melitus tipe 1 memerlukan cek gula darah rutin minimal empat kali per hari.
"Menurut penelitian di luar, angka diabetes anak itu 5-10 persen diabetes melitus total keseluruhan. Jadi tadi dikatakan di Indonesia ada sekitar 10 juta pasien diabetes mungkin sekitar 10 persen dari situ adalah anak-anak," ujarnya.
dr. Nanis menuturkan jika anak dapat penyakit diabetes sejak usia kurang dari 15 tahun dan penyakitnya tidak terkontrol, maka pada umur 25 tahun, sudah muncul semua kelainan termasuk gagal ginjal, kelainan retina dan hipertensi yang muncul di usia lebih muda sehingga kematian dini muncul lebih cepat. Untuk itu, perlu segera dianosis dan menjaga pola hidup sehat sehari-hari dan di keluarga.
Dia menuturkan orang tua harus peduli keadaan anak dan memiliki inisiatif untuk memeriksa kadar gula dalam darah pada anak.
Jika anak lemas, mengeluarkan air seni banyak dan sering, mengalami dehidrasi berlebihan dan berat badan turun, maka segera periksa kadar gula dalam darah minimal dengan pemeriksaan kandungan glukosa di urin.
Baca juga: Prinsip 5201 untuk cegah diabetes pada anak
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019
Tags: