Tokyo, (ANTARA News) - Para pemimpin negara-negara industri maju yang tergabung dalam G8, agaknya sulit memenuhi target pengurangan emisi gas (CO2) yang diusulkan Jepang, untuk mengurangi setengah dari emisi gas yang ada saat ini hingga tahun 2050. Kemungkinan itu disampaikan pejabat pemerintah Jepang, seperti dikutip Kyodo di Tokyo, Jumat, mengenai perkembangan sikap negara-negara lain terhadap usulan Jepang tersebut. "Meskipun negara-negara G8 tidak berhasil sepakat secara resmi terhadap target yang diusulkan, namun Amerika Serikat telah lebih mau berkompromi. Ini merupakan suatu langkah yang maju dilihat dari pertemuan tahun lalu," kata pejabat itu. Dalam KTT G-8 tahun 2007 di Jerman, para pemimpin dari Inggris, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Russia, dan AS telah menyatakan keseriusannya mengenai target pengurangan emisi gas. Jepang dan Eropa setuju dengan target pengurangan setengah emisi gas yang ada sekarang ini menjadi setengahnya (50 persen) saja hinga tahun 2050. Namun Amerika Serikat menolak target tersebut dan memaksa perlunya melibatkan juga China dan India ataupun negara-negara lainnya yang menjadi penyumbang terbesar emisi gas buangan (carbondiaksida-CO2). Beberapa data terbaru memperlihatkan China kini telah menggeser Amerika Serikat sebagai negara penyumbang emisi gas terbesar. Kendati demikian, negara-negara G8 mengakui adanya kebutuhan untuk mengurangi emisi gas menjadi setengahnya hinga tahun 2050, demikian rancangan (draft) mengenai kesimpulan dari pertemuan para pemimpin KTT G-8. Rancangan kesimpulan G-8 tersebut juga mendesak partisipasi aktif dari negara-negara yang mengalami kemajuan ekonomi pesat, dalam berbagai kegiatan internasional yang bertujuan mengurangi emisi gas. PM Jepang Yasuo Fukuda yang akan memimpin pertemuan KTT G8 di kawasan resort danau Toyako, Hokkaido pada 7-9 Juli nanti, sedang berjuang keras untuk memenuhi target itu. Selama pertemuan tiga hari tersebut, para pemimpin G8 akan mendesak China dan India untuk mengurangi emisinya dalam jangka waktu menengah (tahun 2020-2030) dengan melakukan efisiensi energi. Kedua negara itu merupakan negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang mengesankan saat ini. (*)