Jakarta, (ANTARA News) - Negara-negara kaya diimbau untuk meningkatkan alokasi bantuan bagi sektor pertanian hingga 10 kali lipat menjadi sekitar 30 miliar dolar AS per tahun, guna membantu menyelesaikan krisis pangan global, demikian dikutip dari situs Financial Times, Senin. Dirjen badan PBB untuk pangan dan pertanian (FAO), Jacques Diouf, mengatakan, untuk pertama kalinya dalam 25 tahun terakhir, harga bahan-bahan makanan yang terus mencetak rekor menjadi insentif investasi di sektor pertanian. Ini resep PBB bagi penanggulangan krisis panga global. "Satu satunya cara keluar dari krisis pangan ini adalah meningkatkan produksi makanan, terutama di negara-negara miskin," katanya. Menjelang KTT pangan FAO pada pekan ini, Diouf mengatakan, porsi bantuan pembangunan pada sektor pertanian harus dinaikkan dari rekor terendah 3 persen menjadi sekitar 17 persen persen dari total bantuan pembangunan untuk mendorong produksi dan output pangan. Investasi, jelasnya, dibutuhkan bukan hanya untuk menyelesaikan krisis pangan saat ini, tetapi juga untuk memenuhi berlipatgandanya kebutuhan pangan global pada 2050 akibat meningkatnya penduduk dunia hingga 9 miliar orang. KTT Pangan FAO di Roma merupakan respon global pertama atas kenaikan harga pangan 71 persen dalam dua tahun terakhir. Mahalnya makanan telah mendorong terjadinya kericuhan sosial di beberapa negara seperti Haiti, Mesir, dan Bangladesh. Dalam pertemuan tersebut, isu biofuel, penggunaan teknologi rekayasa genetika dan perdagangan diperkirakan akan menjadi fokus utama pembahasan. "Ini akan menyentuh seluruh negara di dunia," kata Diouf. "Kita tidak hanya melihat pergolakan dan penderitaan orang, namun juga runtuhnya sebuah pemerintahan. Dan kita menyadari proses demokrasi yang baru muncul di banyak negara bisa berubah total tergantung pada kepuasan penduduknya." (*)