Berlin/Solingen (ANTARA News) - Suara keras itu terus terjadi berulang dengan jeda yang dapat dikatakan nyaris teratur, sehingga seperti suara menggergaji batang kayu. Itulah bila seseorang mendengkur, yang ternyata berindikasi ada gangguan kesehatan. Sekitar 30 juta orang Jerman diperkirakan adalah pendengkur. Kebiasaan itu tidak hanya menyebalkan saja, namun lebih ditekankan kepada risiko masalah kesehatan," kata Volker Schilling, Dokter Kepala Unit Bedah Kepala dan Tenggorokan dan Gangguan Telinga, Hidung Tenggorokan (THT) di Klinik Vivantes distrik Neukoelln, Berlin, Jerman. Suara mendengkur, menurut dia layaknya dikutip KAntor Berita Jerman (DPA), adalah hasil dari gangguan terhalangnya aliran udara yang melalui saluran yang terletak di bagian belakang rongga mulut dan hidung. Pada saat otot di langit-langit dan uvula (bagian dari langit-langit yang membentang dari bagian atas hingga hingga pangkal lidah) dalam keadaan relaks, mereka dapat bergetar yang menghasilkan suara yang ribut saat si pendengkur bernafas. Sejumlah faktor lainnya juga ikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya mendengkur, kata Schilling. Faktor-faktor itu, antara lain kelebihan berat badan, dan makan malam dalam waktu larut malam menjelang akan tidur, yang membuat tubuh sibuk bekerja mencerna pada saat orang yang bersangkutan tidur malam. Selain itu, ada temuan bahwa sekira dua persen dari pendengkur menderita kelainan yang sangat serius, yaitu "sleep apnea". "Apnea adalah gangguan yang terjadi pada saluran pernafasan yang bagian atas, sehingga menyebabkan berhentinya kegiatan bernafas untuk beberapa detik atau bahkan dapat mencapai satu setengah menit (90 detik)," Winfried Randerath, seorang dokter ahli masalah tidur dari Solingen, Jerman. Otot-menjadi kaku dan lidah adalah otot yang besar, dan bisa jatuh ke belakang lalu masuk ke tenggorokan dan menghalangi masuknya udara. "Situasi tertutupnya saluran masuknya udara menyebabkan kurangnya oksigen di dalam darah," kata Schilling. Ia menyatakan, orang yang mengalami hal itu otot-ototnya kemudian menjadi kejang, sehingga ketegangan itu membuat orang tersebut yang semula tidur nyenyak menjadi tidur yang tidak tenang dan mudah terbangun. Diagnosa apnea dapat di lakukan di laboratorium tidur. Para penderita biasanya pergi ke dokter dengan keluhan umum masalah gangguan kesehatan yang biasanya tidak spesifik. "Si pasien biasanya mengeluhkan bahwa mereka merasa sangat letih pada pagi hari, walaupun mereka merasa cukup tidur di malam hari," kata Susan Schwarting, Ketua Ikatan Dokter Ahli Gangguan Masalah Tidur dan Gigi yang berkantor pusat di Berlin. "Kondisi mengantuk di siang hari juga dapat membawa ke situasi kondisi yang cukup serius," ujarnya. Misalnya, tertidur untuk beberapa detik saat sedang berkendara mobil. Selain itu, ia mengemukakan, terlepasnya hormon stres juga membawa ketegangan bagi sistem pembuluh darah jantung pasien penderita apnea. Dalam kasus apnea yang masuk kategori berat, maka terapi standarnya berupa penggunaan masker oksigen yang bekerja layaknya alat penyedot debu cadangan. "Tekanan pada saluran masuk udara yang terus menerus dapat mencegah otot-otot menjadi relaks," kata Randerath. Tindakan medis untuk membantu pasien pendengkur yang ringan sampai pasien apnea tingkat sedang adalah membuat pelebaran lapisan mandibular yang menyerupai "orthodontic brace" (rangkaian kawat gigi) yang terbuat dari plastik. "Alat itu menarik rahang bawah dan lidah bersamaan dan posisinya maju ke depan, sehingga mencegah lidah menghalangai tertutupnya saluran udara masuk saat sedang tidur," kata Schwarting. Selain itu, ia juga mengemukakan, ada prosedur melalui tindakan bedah untuk menyembuhkan masalah mendengkur dan apnea namun tidak selamanya tindakan itu dapat berhasil. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008