Bandung (ANTARA News) - Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) yang dilibatkan oleh pemerintah untuk meneliti penyebab kekerdilan melakukan uji mikro nutrisi dan lingkungan ke daerah yang mengalami kasus tersebut.

"Pada 2019 digagas oleh LIPI dan Kementerian Pertanian tentang penelitian kekerdilan. Itu program nasional, bagaimana masing-masing instansi mempunyai andil. Batan mempunyai andil dalam bentuk analisisnya (mikro nutrisi dan lingkungan)," kata Plt Kepala Batan Prof Efrizon Umar saat menggelar diskusi dengan wartawan di Kota Bandung, Minggu.

Ia mengatakan dalam waktu dekat ini Batan akan melakukan diskusi kelompok terarah (focus group discussion/FGD) dengan Kementerian Kesehatan (Kemkes) dan Kementerian Pertanian (Kemtan) terkait penelitian kekerdilan ini.

"Jadi ini kan sebenarnya stakeholder utamanya ialah Kemtan dan Kemkes. Makanya dalam waktu dekat kita akan mengadakan FDG dengan Kemenkes apa target utamanya, Batan akan bertanya bagaimana kami akan berperan," kata Efrizon.

Sementara itu, Kepala Pusat Sains Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) Batan Jupiter Sitorus Pane mengemukakan pihaknya akan melakukan penelitian tentang penyebab kekerdilan di Indonesia dari berbagai aspek.

"Jadi sebetulnya kekerdilan itu disebabkan oleh apa. Apakah kekerdilan itu karena genetik, apakah karena faktor makanan yang masuk atau kurang gizi atau karena faktor lingkungan," katanya.

Dari berbagai aspek ini Batan akan melihat dan mengamati dari mikronutrisibda dan kondisi lingkungan di daerah-daerah yang mengalami kekerdilan.

Oleh karena itu, lanjut Jupiter, pihaknya telah mengirimkan tim khusus ke Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mengambil contoh makanan yang dimakan oleh warga terkait penelitian penyebab kekerdilan tersebut.

Dia mengatakan ada sekitar 400 contoh makanan yang dimakan warga di daerah NTT untuk diteliti lebih lanjut.

"Nah dengan teknologi analisis nuklir ini kita bisa melihat unsur-unsur itu jauh lebih jauh, jauh lebih detail sehingga ada unsur-unsur yang tadinya berpengaruh terhadap stunting itu mungkin akan terlihat nantinya," katanya.

Nantinya, kata dia, peniliti Batan akan membuat hipotesis sementara dari hasil penelitian tersebut.

"Harapan kita, peneliti membuat hipotesisnya. Unsur-unsur ini kemungkinan penyebab kekerdilan," ujar Jupiter.

Baca juga: Sulawesi Barat berembuk tanggulangi anak kerdil

Baca juga: Kalteng masuk zona merah anak kerdil

Baca juga: Dosen Riau hasilkan tepung untuk atasi "stunting"




 

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2019