Ambon (ANTARA News) - Pusat Penelitian Laut Dalam - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPLD-LIPI) mengingatkan masyarakat yang bermukim di sekitar pesisir pantai agar waspada dengan kemungkinan banjir rob saat fenomena super blue-blood moon berlangsung, nanti malam.

"Kemungkinan bisa terjadi banjir Rob, karena posisi bulan akan sangat dekat dengan bumi dan itu juga mempengaruhi gravitasi bumi, tentunya juga akan berpengaruh terhadap ketinggian air laut," kata Peneliti PPLD-LIPI Johanis Lekalette di Ambon, Rabu.

Banjir Rob adalah banjir yang diakibatkan oleh air laut pasang hingga menggenangi daratan. Hal ini sering terjadi di daerah yang lebih rendah dari permukaan laut.

Ahli Fisika Oseanografi itu mengatakan normalnya ketinggian air laut pasang adalah 1,2 meter hingga dua meter, ketika fenomena super blue-blood moon terjadi, ketinggian air laut bisa melebihi ukuran tersebut dan mencapai daratan.

Masyarakat yang bermukim di kawasan hasil reklamasi pantai disarankan agar waspada dengan kemungkinan terjadinya banjir Rob, karena biasanya penimbunan pantai hanya memperhintungkan ketinggian normal air laut pasang.

Kendati demikian, masyarakat tidak perlu panik, karena banjir Rob hanya terjadi selama fenomena super blue-blood moon berlangsung.

"Tidak perlu takut karena memang hanya sebentar. Waspada saja dengan memindahkan barang-barang berharga, sebab kalau sampai banjir tentunya air bisa mengenangi hingga ke dalam bangunan juga," ucapnya.

Super blue-blood moon di Maluku diperkirakan akan berlangsung sekitar pukul 19.30 - 01.00 WIT. Menurut Johanis, selama fenomena tersebut berlangsung pergerakan arus dan kondisi pasang-surut air laut akan berbeda dari biasanya.

Saat laut pasang, air laut akan cenderung lebih tinggi dari biasanya. Sebaliknya saat surut, air laut akan mengering jauh. Hal itu, kata dia, merupakan sesuatu yang normal.

Terkait itu, ia juga meminta masyarakat menikmati fenomena alam tersebut dan tidak percaya dengan isu akan terjadi tsunami saat super blue-blood moon berlangsung.

"Tsunami terjadi karena gempa tektonik, kecuali kalau memang terjadi gempa saat fenomena super moon berlangsung," ujarnya.

Pewarta: Shariva Alaidrus
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018