Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Tenis Putri (WTA) pada Minggu meminta China untuk menyelidiki tuduhan penyerangan seksual yang dilakukan oleh Peng Shuai terhadap mantan wakil perdana menteri China, dan menuntut agar masalah sensor terhadap mantan pemain ganda peringkat teratas itu diakhiri.

Peng, salah satu bintang olahraga terbesar China, menuduh di akun media sosial Weibo-nya pada 2 November bahwa Zhang Gaoli, yang dulunya adalah anggota Komite Tetap Politbiro, badan pembuat keputusan utama China, memaksanya melakukan hubungan intim dan mereka kemudian memiliki hubungan konsensual yang putus-sambung.

Peng (35 tahun), mengatakan dalam postingan yang dihapus sekitar setengah jam setelah dipublikasikan, bahwa dia tidak dapat memberikan bukti untuk mendukung tuduhannya.

Internet China sangat disensor dan kehidupan pribadi para pemimpin puncak adalah subjek yang sangat sensitif. Zhang (75), adalah wakil perdana menteri antara 2013 dan 2018 dan bertugas di Komite Tetap Politbiro antara 2012 dan 2017.

Kekhawatiran di antara komunitas tenis global telah berkembang karena Peng, pemain China pertama yang menduduki peringkat teratas dunia ketika dia menjadi ganda nomor satu pada 2014, belum terlihat sejak postingan tersebut.

Baca juga: Sabalenka divaksinasi setelah tertular COVID-19 

WTA yang berbasis di AS, yang menjalankan tur putri, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka akan mencari dan melakukan penyelidikan penuh secara adil dan transparan atas tuduhan penyerangan seksual terhadap mantan pemimpin China itu.

"Peristiwa baru-baru ini di China mengenai pemain WTA, Peng Shuai, sangat memprihatinkan," ujar Ketua dan CEO WTA Steve Simon dikutip dari laman resmi Reuters, Senin.

"Peng Shuai, dan semua wanita, layak untuk didengar, bukan disensor.

Tuduhannya tentang perilaku mantan pemimpin China yang melibatkan serangan seksual harus diperlakukan dengan sangat serius." tambah Steve Simon.

Kantor Informasi Dewan Negara China dan Asosiasi Tenis China tidak segera menanggapi permintaan komentar atas pernyataan WTA.

Ketua WTA Simon mengatakan kepada New York Times pada Minggu bahwa tidak ada seorang pun di tur yang berbicara langsung dengan Peng, tetapi dia telah menerima jaminan dari Asosiasi Tenis China bahwa dia aman dan tidak di bawah ancaman fisik.

Federasi Tenis Internasional dan tur putra ATP tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Baca juga: Wajah-wajah baru siap meramaikan WTA Finals 

Ekspansi agresif
China telah menjadi fokus ekspansi paling agresif WTA selama dekade terakhir, dan menjadi tuan rumah sembilan turnamen pada musim 2019 dengan total hadiah uang 30,4 juta dolar AS yang ditawarkan.

Turnamen akhir musim WTA Finals menawarkan hadiah uang 14 juta dolar AS pada 2019, ketika dimainkan di Shenzhen untuk pertama kalinya.

WTA Finals dibatalkan tahun lalu karena pandemi COVID-19 dan tahun ini dipindahkan ke Guadalajara, Meksiko, namun WTA mengatakan akan kembali ke Shenzhen dari 2022 hingga 2030.

Pada Senin pagi di China, tidak ada gangguan siaran langsung pertandingan dari Guadalajara lewat aplikasi iQiyi, yang memegang hak siar di China untuk turnamen WTA.

"Saya pikir, semua orang sepenuhnya memahami apa yang dipertaruhkan di sini, di banyak bidang yang berbeda saat kita melaluinya," ungkap Simon kepada New York Times.

"Saya pikir, kami tentu saja, dari pemain hingga dewan, sepenuhnya bersatu bahwa satu-satunya pendekatan yang dapat diterima adalah melakukan apa yang benar," tambahnya.

Pemain Prancis Alize Cornet menunjukkan dukungannya untuk Peng di bawah tagar #WhereIsPengShuai, sementara mantan petenis nomor satu dunia Chris Evert juga turun ke media sosial untuk menyuarakan keprihatinannya.

Petenis hebat Martina Navratilova juga turun ke Twitter untuk mendukung seruan WTA guna melakukan penyelidikan.

"Sikap yang sangat kuat dari WTA dan sikap yang benar!" tulis Navratilova. 

Baca juga: Johanna Konta terpaksa absen dua turnamen WTA akibat cedera paha 
Baca juga: Aryna Sabalenka singkirkan Osaka untuk naik ke peringkat kedua WTA 

 

Pewarta: Gheovano Alfiqi/Fitri Supratiwi
Editor: Rr. Cornea Khairany
Copyright © ANTARA 2021