Padang (ANTARA News) - Pakar Ilmu Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta Padang, Sumatera Barat, Dr. Ir. Eni Kamal, M.Sc, menyatakan bahwa gempa dan tsunami di Jepang berdampak besar pada rusaknya ekosistem bawah laut.

Terutama perairan Samudera Pasifik, seperti terumbu karang dan permukaan bawah laut serta menyebabkan terjadinya bermaya (perpindahan) biota ikan dalam jumlah besar, katanya di Padang, Rabu.

Gempa dan tsunami yang melanda pesisir timur Jepang pada Jumat (11/3) lalu berkemungkinan bisa memicu terjadi eksodus berbagai jenis biota laut utama spesies ikan.

"Gempa 9,0 skala richter di lempeng Samudera Pasifik akan merusak permukaan bawah laut dan gelombang tsunami dengan kecepatan mencapai 800 KM/jam akan menyebabkan terhempasnya ikan-ikan menjauhi pusat gempa dan tsunami," kata Wakil Rektor II Universitas Bung Hatta itu menambahkan.

Menurutnya, eksodus biota ikan akan berdampak signifikan dalam jangka panjang sekira tiga atau lima tahun kedepan. Dalam radius ratusan kilometer dari pusat gempa dan tsunami akan terjadi kerusakan yang cukup parah, mengacu dari magnitute gempa dan kecepatan gelombang tsunami di bawah laut serta volume air yang ditimbulkan akibat gempa tersebut.

Oksodusnya biota ikan itu lebih besar dipengaruhi oleh perubahan permukaan bumi pascagempa 9,0 SR di Lempeng Samudera Pasifik. Selain itu, hantaman dari gelombang tsunami yang bergerak di bawah laut juga memperparah kerusakan terumbu karang yang merupakan habitat biota laut utamanya ikan-ikan di Samudera Pasifik.

"Ikan-ikan baik yang berukuran besar maupun kecil yang ada di Samudra Pasifik akan beruaya (bermigrasi) mencari tempat berkembang (habitat) yang lebih baik, biasanya akan mencari kawasan laut dengan terumbu karang yang baik," kata Ketua Program Studi Ilmu Perikanan dan Ilmu Kelautan UBH itu.

Ia melanjutkan, secara umum spesies ikan diperairan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia tidak berbeda jauh.

Bisa dimungkinkan, katanya, eksodus ikan di perairan Samudera Pasifik akan mengarah ke perairan Samudera Hindia.

Sebagai laut dengan banyak terumbu karang yang bagus, katanya lagi, perairan di laut-laut Indonesia bisa jadi akan menjadi tujuan beruaya koloni ikan dari Samudera Pasifik itu.

Terkait radiasi nuklir yang terjadi di Jepang saat ini, menurutnya, juga bisa berpengaruh pada ekosistem laut, khususnya biota ikan, jika tidak diantisipasi dengan cepat.

Pengaruh bisa timbul berupa perubahan genetik biota laut khususnya ikan, sehingga pertumbuhan ikan menjadi terganggu, bahkan jumlah spesies ikan akan berkurang, katanya.

"Diharapkan krisis nuklir di Jepang tidak berdampak pada ekosistem laut, dan radiasinya tidak mempengaruhi biota laut khususnya ikan," demikian Eni Kamal.

(KR-AH/E001/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011