Jakarta (ANTARA) - Tidak seperti orang dewasa, anak memiliki kulit yang lebih tipis dengan imunitas yang belum berkembang sempurna sehingga lebih rentan terhadap gangguan yang bisa berujung kepada alergi.

Dokter spesialis kulit dan kelamin dr. Armansjah Dara Sjahruddin mengatakan, lapisan kulit anak lebih tipis ketimbang kulit orang dewasa. Fungsi kulit sebagai pelindung tubuh juga belum maksimal seperti orang dewasa karena lebih tipis, juga karena sistem imunitas anak yang masih berkembang.

Dia menjelaskan kelainan kulit yang kerap terjadi kepada bayi dan anak, seperti dermatitis atopik yang membuat kulit ruam kemerahan, bersisik, lecet dan gatal.

Anak juga bisa mengalami dermatitis seboroik, di mana kulit terlihat bersisik dan muncul ketombe karena kulit terkelupas. Pada bayi yang baru lahir, ini terjadi karena pengaruh hormon androgen yang belum menghilang. Hal ini tidak tidak menimbulkan gatal maupun nyeri, serta tidak menular.

Gangguan lainnya meliputi pioderma, keratosis piliaris alias kulit beruntusan hingga skabies.

Kulit yang lebih sensitif dan rentan ini membuat gangguan kulit pada bayi dan anak sebagai hal lazim, contohnya ruam akibat pemakaian popok atau akibat sentuhan tangan orang-orang dewasa di sekitarnya.

Baca juga: Tips pakar agar anak mumpuni menulis

Baca juga: Lima panduan membuat ruangan belajar anak yang menyenangkan

Risiko ruam popok bisa ditekan dengan mengganti popok secara benar. Bersihkan area popok dengan air, bersihkan area genital anak dari arah depan ke belakang. Segera ganti popok setelah anak buang air besar atau buang air kecil.

"Kulit bayi belum sempurna, jadi kuman dari tangan bisa mudah masuk sehingga menimbulkan ruam," kata Dara dalam diskusi daring, Kamis.

Oleh karena itu, Dara mengingatkan orangtua atau pengasuh untuk memberikan perlindungan tambahan untuk kulit anak untuk menekan risiko iritasi dan alergi.

"Pastikan beri anak losion, sabun, oil atau krim kulit agar lapisan kulitnya bisa terlindung," katanya.

Selalu periksa komposisi di dalam produk kulit anak. Bahan seperti Sodium Lauryl Sulfate (SLS) dan paraben dalam produk kulit tidak dianjurkan karena bisa menimbulkan alergi kepada kulit bayi atau anak yang sensitif. Lebih baik hindari bahan kimia yang bisa menyebabkan gangguan kulit, ujar dia.

Setelah memastikan komposisi yang aman untuk bayi, pastikan buah hati memang sesuai dengan komposisi tersebut. Reaksi kulit setiap orang berbeda-beda, jadi bisa saja produk kulit yang cocok pada orang lain ternyata menimbulkan reaksi untuk buah hati Anda.

"Kita baru tahu cocok atau tidak setelah pakai. Kalau sudah sebulan pakai tidak ada alergi, berarti aman," ujarnya.

Ciri-ciri anak alergi terhadap produk kulit tertentu bisa dilihat dari munculnya ruam. Bila kulit anak meradang dan tidak kunjung hilang hingga satu atau dua hari kemudian, berarti kulitnya tidak cocok dengan produk tersebut.

Seiring berjalannya waktu, munculnya ruam pada kulit anak akan berkurang karena imunitasnya semakin terbentuk sempurna. Biasanya ruam akan berhenti ketika anak menginjak usia lima hingga enam tahun.

Di tengah pandemi, kulit anak juga harus tetap dirawat karena gangguan kulit bisa terjadi di mana saja.

"Anak main di lantai, walau sudah dipel bersih, juga bisa mengalami masalah kulit karena ada bakteri di lantai yang masuk ke kulit."

Sementara itu, dokter spesialis kulit dan kelamin dr. Susie Rendra dalam seminar daring beberapa waktu lalu menjelaskan cara merawat kulit bayi dan anak secara umum.

Saat memandikan bayi yang baru lahir, disarankan dalam suhu ruangan yang sebaiknya hangat dan menggunakan air suam-suam kuku. Gunakan sabun mandi bayi khusus.

Untuk anak yang sudah berusia di atas satu tahun, pengasuh bisa memandikan dengan air keran suhu biasa tanpa pemanas air, atau air yang sedikit hangat. Lebih baik hindari mandi terlalu malam dan batasi waktu "bermain air" maksimal sepuluh menit.

Ajak juga anak untuk berjemur untuk mendapatkan vitamin D dari sinar matahari. Area yang harus terpajan adalah lengan, tungkai serta punggung. Lakukan dua sampai tiga kali sepekan dengan durasi lima hingga 30 menit, tergantung dari warna kulit, dan jangan sampai kulit anak jadi terbakar.

Sebelum berjemur, pantau indeks sinar ultraviolet lewat aplikasi cuaca di telepon pintar. Indeks UV yang aman antara 4-6 dan jangan lupa kenakan tabir surya dan pelindung seperti topi.

Bila anak tidak bisa berjemur karena kulitnya sensitif terhadap panas dan keringat, berikan makanan dengan sumber vitamin D lebih banyak serta suplemen vitamin D3 atau cod liver oil.

Baca juga: Enam manfaat nanas bagi kesehatan

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021