Jakarta (ANTARA) - Para idola K-pop masih bertahan di tengah pandemi COVID-19 yang melanda dunia hampir setahun terakhir, salah satu kuncinya memanfaatkan teknologi termasuk YouTube dan media sosial.

Asisten antropologi budaya George Mason University Korea, Lee Gyu-tah mengatakan, ikatan musisi K-pop dengan penggemar global lebih kuat dari yang diperkirakan. Ini karena mereka membangun hubungan bertahun-tahun secara online.

Baca juga: Tak bisa tampil saat pandemi, ini cara pesulap dunia beradaptasi

"Popularitas K-pop naik di Asia pada akhir 2000-an, dan tumbuh lebih besar pada 2010-an karena K-pop menjadi bagian dari arus utama," kata dia seperti dilansir dari The Korea Times, Minggu.

Kini, musik K-pop sudah dikenal luas hingga ke Eropa, Amerika setelah menjadi viral di kalangan anak muda Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Menurut Gyu-tag, para musisi K-pop berhasil menarik minat para generasi muda untuk menyaksikan konten daring mereka seperti siaran makan atau mukbang, sekedar unboxing album sembari berinteraksi dengan penonton melalui kolom komentar.

"K-pop dan platform-nya, seperti Twitter, saling bergantung. Twitter Korea mengakui K-pop adalah faktor utama dalam menghidupkan kembali popularitas platform. Penggemar mengunggah kreasi mereka seperti video reaksi, parodi, koreografi tari, dan cover lagu," tutur Gyu-tag.

Grup idola K-pop BTS, NCT, The Boyz, PENTAGON, Stray Kids, ATEEZ dan lainnya tak absen menggelar konser daring mereka.

Grup NCT dan rekan idola dari agensinya, SM Entertainment, yakni Super Junior, TVXQ, dan Red Velvet misalnya melalui konser "Beyond LIVE" yang menggabungkan penampilan artis dengan teknologi augmented reality (AR), grafik, dan video call langsung antara artis dan penggemar. Belum lama ini mereka juga menggelar konser daring gratis, "SMTOWN Live".

Baca juga: Konser K-Pop live galang bantuan COVID-19

BTS dengan konser daring "BTS Map of the Soul ON: E" pada Oktober lalu berhasil menjual lebih dari 993.000 tiket, menjadi konser virtual terlaris dengan perkiraan keuntungan lebih dari 50 miliar won atau setara Rp639 miliar.

K-pop juga mempercepat ekspansinya ke media lain, seperti dokumenter dan film. BLACKPINK misalnya, yang menghadirkan film dokumenter "BLACKPINK: Light Up The Sky" sementara grup rookie P1Harmony memulai debutnya melalui film "P1H: A New World Begins."

Gyu-tag memprediksi K-pop akan melambung ke level tertinggi baru pada tahun 2021 karena para artis dan label tidak takut pada perubahan dan tertarik untuk membuat konten baru dengan memanfaatkan tren media, mode dan budaya.

"Dari awal 2000-an ketika Clon dan NRG mulai berkembang hingga pertengahan hingga akhir 2000-an ketika BIGBANG dan Super Junior mendapatkan popularitas, hingga baru-baru ini ketika BTS menjadi terkenal, semua orang terus bertanya apakah K-pop akan bertahan. Mengingat industrinya tetap kuat selama dua dekade terakhir meskipun ada keraguan, saya pikir K-pop akan menjadi lebih sukses di masa depan," tutur dia.

Tak hanya pelaku industri, pemerintah di Korea Selatan juga mendukung. Pemerintah berencana untuk meningkatkan dukungan finansial untuk teknologi baru seperti AR dan konten virtual reality (VR) karena teknologi memiliki pengaruh yang kuat pada budaya saat ini.

Pemerintah bahkan berencana memperluas tempat untuk konser online pada tahun 2021 dengan menyuntikkan dana sebesar 29 miliar won sebagai bagian dari proyek produksi konten K-Pop yang imersif secara online.

"Kami akan merombak tempat-tempat lama untuk memperluas tempat konser online," ujar direktur jenderal Biro Kebijakan Konten Kementerian Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata Korea Selatan, Kim Hyun-hwan.


Baca juga: BTS hadirkan nostalgia lewat "BANGBANGCON"

Baca juga: Nonton konser "online" hingga akhir pekan agar tidak bosan #dirumahaja

Baca juga: Konser virtual "SMTown Live" raih 35,8 juta penonton

Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021