Jakarta (ANTARA) - Pemulihan ekonomi yang cepat di kawasan Asia serta naiknya permintaan mobil ramah lingkungan, telah mendorong perusahaan otomotif Jerman, Daimler, untuk berekspansi lebih luas di Asia.

Chief executive officer (CEO) Daimler, Ola Kallenius, mengatakan kawasan Asia memiliki potensi penjualan kendaraan listrik yang signifikan, sehingga induk perusahaan Mercedes-Benz itu akan fokus pada mobil listrik yang dimulai dari pasar China.

Perusahaan asal Stuttgart yang didirikan oleh Carl Benz, yang mematenkan mobil bertenaga bensin pertama pada tahun 1886, baru-baru ini mengumumkan strategi peralihan menuju kendaraan listrik (EV).

"Kami telah membuat keputusan strategis yang jelas untuk Daimler dan Mercedes-Benz, bahwa masa depan mobilitas premium akan menjadi nol emisi. Kami berada di jalur menuju berkendara bebas emisi, dan China sebagai pasar terbesar kami akan memainkan peran besar dalam hal ini," kata Kallenius kepada Kantor Berita Xinhua, dikutip Rabu.

Kallenius memastikan bahwa Mercedes-Benz akan memproduksi mobil listrik di China.

"Dalam tiga tahun ke depan, kami akan melakukan industrialisasi beberapa kendaraan listrik di China. Bukan hanya kendaraan listrik baterai penuh, juga plug-in hybrid dengan daya jelajah yang baik," ujar Kallenius.

Daimler bukan perusahaan otomotif asing pertama yang membangun pabrik mobil listrik di China. Sebelumnya, pabrikan mobil listrik Amerika Serikat besutan milyuner Elon Musk, Tesla, telah mendirikan pabrik Gigafactory di Shanghai.

Mereka mendirikan pusat produksi di China karena negara itu menjadi pusat penjualan mobil ramah lingkungan, dengan total lebih dari setengah seluruh penjualan EV di dunia.

Pemerintah China pun mendukung kampanye mobil ramah lingkungan dengan menyetujui rencana peningkatan industri new energy vehicle (NEV) pada Oktober lalu. Hal itu sejalan dengan peralihan pabrikan Eropa menuju era elektrifikasi untuk menyesuaikan dengan regulasi emisi yang ketat.

Baca juga: Daimler rangkul Foton China produksi truk

Baca juga: Bisnis Mercedes-Benz di China berangsur normal

Baca juga: BAIC China miliki 5 persen saham Daimler

 
Pewarta:
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020