Jakarta (ANTARA/JACX) - Vaksin Sinovac, yang dikembangkan untuk menangkal COVID-19 akibat virus SARS-Cov-2, mengandung babi, demikian pesan yang beredar di berbagai media jejaring sosial.

Pesan tersebut berisi ajakan kepada sejumlah pihak untuk menolak vaksin Sinovac menyusul klaim kandungan babi dan racun yang membahayakan.

Selain itu, dalam pesan itu disebutkan pula vaksinasi merupakan bagian dari sindikat perdagangan gelap internasional yang belum jelas arahnya.

Namun, apakah benar vaksin COVID-19 dari Sinovac mengandung babi dan racun berbahaya?

Penjelasan:

Di Indonesia, vaksin COVID-19 dari Sinovac Biotech sedang dalam uji klinis tahap ketiga. 

Kabar24.bisnis.com, dalam berita "Bio Farma Pastikan Vaksin Sinovac Tak Ada Kandungan Gelatin Babi" yang dipublikasikan pada 27 Agustus 2020, melaporkan PT Bio Farma telah mendapatkan surat pernyataan dari Sinovac Biotech bahwa vaksin tersebut tidak mengandung gelatin babi 

Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Komestika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), dalam unggahan resmi di situs mereka pada 15 Agustus 2020, menyatakan lembaga itu telah berkomunikasi dan menjalin kesepakatan awal dengan Bio Farma terkait dokumen serta prosedur untuk sertifikasi halal vaksin Sinovac.

Setelah uji klinis selesai, LPPOM MUI akan mengkaji ke-halal-an vaksin tersebut sesuai dengan syariat Islam. Hasil kajian itu akan menjadi dasar penetapan fatwa oleh Komisi Fatwa MUI.

Sementara, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, usai mengikuti rapat terbatas penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi, menyampaikan tidak terdapat laporan terkait relawan yang ikut uji klinis vaksin Sinovac fase III mengalami efek samping berat. 

"Laporan yang diterima sampai saat ini, uji klinis berjalan dengan lancar dan tidak diperoleh laporan efek yang berat. Jadi, intinya berjalan lancar dan sejauh ini hasilnya baik," kata Retno.

Sinovac Biotech juga telah meninjau pelaksanaan uji klinis vaksin fase III di Bandung. 

Uji klinis II vaksin Sinovac telah dimulai sejak Agustus 2020 dengan melibatkan 1.620 relawan. Jika uji klinis vaksin berhasil dan hasilnya dinyatakan aman oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), vaksin bisa diproduksi dan diedarkan secara massal.
 
Tangkapan layar hoaks yang menyebutkan vaksin COVID-19 Sinovac mengandung babi. (Kominfo.go.id)


Klaim : Vaksin Sinovac mengandung babi dan racun berbahaya
Rating : Salah/Disinformasi

Cek fakta: Benarkah ijazah Jokowi palsu? Cek faktanya

Cek fakta: Tim medis Indonesia mengubur jenazah COVID-19 layaknya binatang? Ini faktanya

Pewarta: Tim JACX
Editor: Imam Santoso
Copyright © ANTARA 2020