Cabang di luar negeri kini tidak banyak mengandalkan anggaran dari kantor pusat
Jakarta (ANTARA) - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk  cabang di luar negeri mencatat laba sebelum pajak tahun 2019 sebesar Rp1,1 triliun, sehingga turut menyumbang devisa bagi negara.

"Kapabilitas kantor cabang luar negeri juga dapat menyalurkan kredit kepada eksportir Indonesia, sehingga ada kepastian devisa dari perdagangan luar negeri akan kembali ke Indonesia," kata Direktur Keuangan BNI Ario Bimo di Jakarta, Rabu.

Baca juga: BNI catat realisasi kredit tahun 2019 tumbuh 8,6 persen

Bank BUMN itu memiliki delapan kantor di enam negara yakni dua unit masing-masing di Jepang dan Hong Kong, serta satu masing-masing di Amerika Serikat, Inggris, Myanmar, dan Singapura.

Ario mengungkapkan kinerja cabang luar negeri tumbuh positif yakni penyaluran kredit tahun 2019 mencapai Rp42,3 triliun atau tumbuh 9,9 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp38,5 triliun.

Kredit itu ditopang pendanaan yang bersumber dari non conventional funding sebesar Rp21,6 triliun atau tumbuh 35 persen dari 2018 mencapai Rp16 triliun.

Sumber pendanaan lainnya yakni dana murah atau CASA mencapai Rp5,21 triliun tahun 2019 atau tumbuh 2,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Dari penyaluran kredit itu, bank pelat merah itu meraup pendapatan bunga sebesar Rp3,36 triliun atau tumbuh 20,5 persen dibandingkan tahun 2018 yang mencapai Rp2,79 triliun.

Sedangkan, pendapatan nonbunga juga melonjak 105,3 persen dari Rp243,6 miliar menjadi Rp499,7 miliar tahun 2019.

Sementara itu, untuk dukungan operasional, cabang di luar negeri kini tidak banyak mengandalkan anggaran dari kantor pusat di Jakarta.

Sebelumnya, Ario menambahkan pada 2014 sebanyak 80 persen ongkos untuk kantor BNI di luar negeri berasal dari Jakarta, kini pendanaan dari Indonesia tinggal 40 persen.

Meski mencatatkan kinerja positif, namun BNI masih belum berencana membuka kantor cabang di negara lain dan sementara ini akan mengoptimalkan potensi yang ada.

Ario menambahkan dari seluruh nasabah korporat, sekitar 15-25 persen di antaranya merupakan pebisnis global, sehingga keberadaan cabang luar negeri dinilai penting memenuhi kebutuhan transaksi nasabah pemain global.

"Kami tidak hanya bank korporat yang melayani nasabah lokal tapi juga nasabah lokal yang beranjak menjadi pemain global," katanya.

Baca juga: Korban saldo bobol di BNI Kendari akibat "skimming" terus bertambah
Baca juga: BNI siapkan Rp16,9 triliun per pekan jelang Natal dan Tahun Baru

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020