Tanjung Selor (ANTARA) - Sedang viral berita di media sosial, khususnya Facebook dan WAG (WhatsApp Group) tentang tanah bergeser atau longsor yg mirip "likuifaksi" (pencairan tanah)
pada salah satu daerah di Kabupaten Tanah Tidung, Kaltara.

Dilaporkan di Tanjung Selor, Rabu, pesan berantai tentang video longsor itu di WAG juga marak beredar.

Di Facebook video dibagikan atas nama akun, Anya Surayah Kasim diunggah kemarin 21.08 Wita yang telah ditonton 3,247 juta kali sampai pukul 20.05 Wita, ditulis kejadian di Bebantu.

Dalam video berdurasi 0,21 detik terlihat lokasi tambang yang tiba-tiba tanah bergerak mirip pencairan tanah atau likuefaksi tanah.

Terdengar suara orang berteriak kaget melihat bencana tanah longsor itu.

Baca juga: Gubernur Kaltara ajak masyarakat antisipasi bencana

Baca juga: Korban likuefaksi Balaroa minta kejelasan ganti untung tanah


Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kaltara, M. Pandi membenarkan kejadian itu.

"Belum banyak yang bisa saya terangkan karena tim masih melakukan investigasi," katanya.

Harapan dia agar warga lebih hati-hati menghadapi ancaman bencana di musim pancaroba ini.

Demikian pula salah seorang pejabat di Dinas Lingkungan Hidup Kaltara dan membenarkan kejadian itu tapi berjanji besok memberikan keterangan lengkap hasil investigasi.

Pejabat di Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kaltara juga enggan memberikan keterangan karena belum tahu persis kejadian atau masih tahap investigasi.

Info yang dihimpun, longsor diduga terjadi di konsesi tambang PT. Pipit Mutiara Jaya Kaltim. 

Kejadian pada tanggal 29 Oktober 2019 jam 08.15 di PT Pipit Mutiara Jaya (IUP PMDN) site Bebatu Kab Tana Tidung, di akses jalan tambang dari disposal menuju pit 9 Utara.

Korban jiwa tidak ada, enam unit alat berat tertimbun yaitu tiga excavator, satu Dozer, satu ADT, satu LV.

Tim dari dinas ESDM dan Dinas Lingkungan Hidup Kaltara dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tana Tidung sedang melakukan investigasi kejadian ini.*

 

Pewarta: Iskandar Zulkarnaen
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019