Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara dengan produk halal terbesar di dunia
Kediri (ANTARA) - Pemerintah Kota Kediri, Jawa Timur, mendukung pengembangan ekonomi syariah mengingat peluang investasi di industri halal Indonesia terbuka luas.

"Berbicara industri halal, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara dengan produk halal terbesar di dunia. Permintaan akan produk dan jasa halal terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk beragama muslim setiap tahunnya," kata Wakil Wali Kota Kediri Lilik Muhibbah di Kediri, Sabtu.

Lilik saat menghadiri acara Road to FESyar (Festival Ekonomi Syariah) 2019 tersebut menambahkan permintaan akan produk halal tidak hanya datang dari kalangan muslim tetapi juga nonmuslim.

Baca juga: BI Kediri selenggarakan Festival Ekonomi Syariah

Kondisi tersebut merupakan peluang sekaligus tantangan tersendiri bagi para pelaku usaha

Pihaknya juga mendukung penuh kegiatan yang digelar oleh Bank Indonesia, yakni Road to FESyar (Festival Ekonomi Syariah) 2019. Acara tersebut diselenggarakan dengan tujuan mendukung pengembangan ekonomi syariah.

"Untuk itu, saya rasa sangat tepat bila ini dimulai dari talkshow industri halal. Mudah-mudahan acara ini dapat membawa gebrakan baru dan pergerakan ekonomi Islam yang positif di Indonesia khususnya di Kota Kediri ini," ujar Ning Lik, sapaan akrabnya.

Lebih lanjut Ning Lik juga menjelaskan bahwa Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Kediri terus berkembang. Hal ini terlihat dari pemasarannya banyak yang sudah skala nasional dan internasional.

Baca juga: Akademisi: Jokowi-Ma'ruf Amin agar bangkitkan ekonomi syariah

Selain itu, di Kota Kediri juga banyak bermunculan wirausahawan baru. Untuk itu dirinya mendorong mereka harus terus melakukan inovasi terhadap produknya agar bernilai jual tinggi.

Selain itu, juga harus bisa mengusai pasar nasional dan internasional dengan baik dan bisa memanfaatkan marketplace yang ada saat ini.

Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kediri Rizal Moelyana menambahkan tujuan kegiatan festival ekonomi syariah.

Ia menyebutkan sebagai bank sentral, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai kestabilan nilai rupiah. Tugas untuk mencapai tujuan tersebut yaitu mengatur kebijakan moneter, mengatur sistem pembayaran dan yang terakhir stabilitas sistem keuangan.

Dirinya mengungkapkan, ternyata mengatur kebijakan moneter di Indonesia susah-susah gampang karena Indonesia masih negara berkembang. Efektivitas moneter bisa terwujud bila ekonominya sudah mapan.

"Berbicara tentang ekonomi, Bank Indonesia hadir membantu pemerintah, eksekutif dan UMKM salah satunya juga dalam hal ekonomi syariah. Bank Indonesia menilai bahwa ekonomi syariah kalau terus dijaga bisa mendorong menjadi fondasi tangguh di perekonomian nasional," kata dia.

Untuk itu, lanjut dia, secara rutin BI sejak 2014 sudah menyelenggarakan Indonesia Shari'a Economic Festival (ISEF) di Surabaya dan antusias pelaku ekonomi syariah nasional maupun internasional semakin tahun makin bertambah.

"Sehingga di 2019 ini ISEF yang biasa diselenggarakan di Surabaya jadi diselenggarakan di Jakarta dan pasti dihadiri oleh Presiden. Tentang Festival Syariah (FESyar) di Surabaya tanggal 6-9 November dan acara ini diisi dengan pameran UMKM dan lembaga pesantren binaan BI, lomba wirausahawan muda syariah, serta kesenian daerah berbasis islami," kata dia.

Ia juga menambahan maksud dari ISEF merupakan implementasi pilar ketiga dari industri pengembangan ekonomi syariah BI yang dimulai dari penguatan riset dan edukasi.

Turut hadir dalam acara ini Forkopimda Kota Kediri, perwakilan OJK Kediri, Ketua DPD LDII Kota Kediri Usman Arif, Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo dan Al Falah, dan beberapa tamu undangan lainnya. 

Baca juga: Bank Indonesia komitmen kembangkan ekonomi syariah di NTB
 

Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019