Jakarta (ANTARA) - Mantan Sekjen Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Hifni Hasan meminta agar dunia olahraga di Indonesia menjadikan negara tetangga, yakni Thailand sebagai acuan masa depan.

“Saya pribadi masih punya prinsip karena kami sudah cukup 21 tahun membantu mengurus olahraga kita, kita itu harus punya acuan mau mengikuti negara mana,” kata Hifni saat ditemui di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Senin.

Menurutnya, pemilihan negara Thailand sebagai role model merupakan keputusan yang paling pas mengingat sama-sama berasal dari Asia Tenggara. Selain itu, Thailand juga menyimpan atlet yang memiliki segudang prestasi terbaik se-Asia sejak 1987.

Pengaturan organisasi yang dinilai baik dan minim permasalahan juga menjadi pertimbangan utama bagi Hifni dalam menjadikan Thailand sebagai acuan tersebut. Ia menambahkan, Thailand lebih bisa berlaku adil dan tidak hanya menonjolkan satu cabang olahraga, misalnya dalam hal pendanaan.

“Contoh kemarin kita mengirim atlet taekwondo ke Manchester dan ternyata yang dapat juara dunia dari Thailand, sedangkan atlet kita hanya jalan-jalan. Kita harus belajar dari sana,” ujarnya.

“Kalau di Indonesia yang paling ditonjolkan sepak bola padahal dari cabang olahraga lain justru banyak menuai prestasi,” lanjutnya.

Hifni melanjutkan, Indonesia kurang tepat jika berkiblat ke Amerika Serikat karena Indonesia belum siap jika dijadikan sebagai sport industri seperti negara adidaya tersebut. Lebih lanjut, memacu sektor olahraga Indonesia terhadap China pun dinilai belum pantas karena bukan negara otoriter sehingga akan menimbulkan berbagai polemik.

“Kalau kita mengikuti negara adidaya itu kita belum menuju sport industri karena zero APBN. Kalau kita mau mencontoh China kita tidak otoriter jadi kita akan sulit melakukan itu karena ada HAM, tindakan yang tidak pantas kepada atlet dan itu akan menjadi polemik di republik ini,” jelasnya.

Ia menyarankan supaya NOC (National Olympic Commite) menjadi perwakilan IOC (International Olympic Commite), serta KONI yang harus menjadi bagian dari pemerintah.

“Atau Kepres (keputusan presiden) lagi seperti zaman 1987 setelah itu dibentuk badan seleksi atlet supaya kekuasaan KOI juga bisa dibatasi oleh badan ini. Kekuasaan KONI sebagai pembina atlet bisa dibatasi juga oleh badan ini,” katanya.

“Jadi kita harus punya role model agar olahraga kita diakui oleh dunia,” lanjutnya.

Baca juga: Marciano sudah siapkan program unggulan jika terpilih jadi Ketum KONI
Baca juga: Erick Thohir angkat lagi nama Indonesia dengan menjadi anggota IOC


Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2019