Data kelautan dan perikanan yang kita miliki saat ini untuk wilayah DP2 adalah data 10 tahun lalu, sehingga harus kita kaji kembali supaya diketahui potensi sumber daya kelautan dan perikanan di wilayah Kei Besar (DP2) itu seperti apa, agar perencana
Langgur (ANTARA) - Dinas Perikanan Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku, menggandeng Pusat Kemaritiman dan Kelautan Universitas Pattimura (Unpatti), Ambon, untuk melakukan kajian guna memperoleh data akurat berbasis sains tentang potensi perikanan dan kelautan di wilayah DP2 Kei Besar.

Kepala Dinas Perikanan Maluku Tenggara, Nicodemus Ubro usai rapat bersama tim dari Unpatti, di Langgur, Rabu menyatakan, aktivitas yang telah dilakukan antara lain pengumpulan data potensi perikanan dan kelautan di wilayah DP2 selama 15 hari.

"Kegiatan ini adalah tindak lanjut dari MoU antara Pemkab Maluku Tenggara dengan pihak Unpatti berkaitan dengan kelautan perikanan," katanya di Langgur, Rabu.

Ia menjelaskan, Dinas Perikanan Maluku Tenggara bekerja sama dengan pihak Unpatti melakukan revisi data sumber daya kelautan dan perikanan khususnya di wilayah Kei Besar (DP2).

"Data kelautan dan perikanan yang kita miliki saat ini untuk wilayah DP2 adalah data 10 tahun lalu, sehingga tahun ini harus kita kaji kembali supaya diketahui potensi sumber daya kelautan dan perikanan di wilayah Kei Besar (DP2) itu seperti apa, agar perencanaan ke depan relevan  dengan potensi yang ada sekarang," katanya.

Kegiatan itu, katanya, untuk menjawab visi Bupati dan Wakil Bupati 2018-2023, yakni terciptanya masyarakat Maluku Tenggara yang mandiri, cerdas, demokratis, dan berkeadilan, dengan salah satu misi peningkatan ekonomi kerakyatan yang tertuang dalam program "11 M", yakni perikanan yang berkelanjutan.

Menurut Nicodemus, data yang diperoleh dari tim juga akan dipakai untuk membuat rancangan besar tentang pulau mandiri dan kota pantai.

"Pada waktunya nanti ada uji publik di mana datanya diolah semua dalam bentuk matriks dan peta tematik dan terakhir konsultasi akhir," katanya.

Tim dari Unpatti yang telah bekerja selama 15 hari di wilayah Kei Besar terdiri dari G V Limmon dan D Sahetapy yang bertugas mengkaji potensi terumbu karang, J.M.S Tetelepta (pariwisata bahari dan mangrove/bakau), J.A Pattikawa (lamun dan ikan), J.A.N Masrikat (oceanography dan GTS Pemetaan), Frederik Rijoly (potensi ikan), James Abrahams (sosek), Donald Doija (perikanan tangkap), Berthay Pattiasina (budi daya laut), dan Juliana Natan (Benthios).

G V Limmon selaku ketua tim menyampaikan pihaknya mengapresiasi Pemkab Maluku Tenggara, khususnya Dinas Perikanan yang melakukan penelitian untuk merevisi potensi sumber daya kelautan perikanan di Pulau Kei Besar (DP2).

"Kebetulan untuk Unppati pola ilmiah pokoknya itu Bina Mulia Kelautan. Jadi kita fokus di kelautan dan perikanan dan wisata bahari," katanya.

Untuk menunjang itu, kata dia, pada tahun 2017 dibangun Pusat Kemaritiman dan Kelautan yang diharapkan bisa menjawab permasalahan yang ada di Maluku dan Indonesia pada umumnya.

"Kita baru saja dilengkapi dengan kapal riset yakni KM Cakrawala Maritim, dan ini pertama kalinya digunakan untuk ekspedisi di DP2 Kei Besar," katanya.

Selama 15 hari kerja, di setiap kecamatan ada tiga titik yang diambil datanya, baik ikan karang, kualitas air, lamun, mangrove, terus data administrasi sosial ekonomi dan data kesuburan lingkungan.

Selain itu, data perikanan, alat tangkap, dan jumlah tangkapan, daerah budi daya dan lain-lain.

"Berdasarkan data-data itu diharapkan dapat dibuat peta tematik yang akurat, sehingga sangat membantu dalam membuat grand desain pulau mandiri," kata Limmon.

Ia mengemukakan, secara visual, sangat banyak ikan di daerah tertentu dan terumbu karang cukup bagus di wilayah DP2, jadi bisa dibilang potensi untuk perikanan dan pariwisata bahari itu sangat besar.

"Namun, ada beberapa wilayah yang rusak dan perlu direhabilitasi untuk mengembalikan fungsi ekosistem," katanya.

Baca juga: Potensi Bahari-Sosbud Kei Besar digali melalui Ekspedisi Zooxanthellae

Pewarta: Jimmy Ayal
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019