Kita tunggu guidance (petunjuk The Fed) besok, mereka akan berikan untuk tahun depan
Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) memandang bahwa suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (Fed),  tidak akan kembali meningkat secara agresif pada 2019.

"Tahun depan situasi lebih baik, terutama terkait kebijakan moneter Amerika, mungkin saja suku bunga Amerika tidak naik agresif di 2019," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Museum BI di Jakata, Senin.

Disinggung lebih lanjut, Mirza memilih untuk menunggu hasil sidang Komite Pasar Terbuka The Fed (FOMC) pada 18-19 Desember 2018. Sedangkan, BI akan menggelar Rapat Dewan Gubernur pada 19-20 Desember 2018, untuk turut menentukan arah kebijakan moneter ke depan.

"Kita tunggu guidance (petunjuk The Fed) besok, mereka akan berikan untuk tahun depan," ujarnya.

Sebagai catatan, setiap hasil FOMC juga akan disertai dot plot atau sebuah survei dari para anggota FOMC sebagai pengambil keputusan. Dot Plot kerap menjadi perkiraan secara de facto terkait kebijakan moneter The Fed untuk tingkat suku bunga ke depan.

Sepanjang tahuh ini, The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebanyak tiga kali. Ekseptasi pasar berdasarkan dot plot The Fed terakhir, masih ada kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed sekali lagi pada Desember 2018 ini.

Namun, perkembangan terakhir dari gaya komunikasi petinggi The Fed justru menunjukkan arah kebijakan moneter yang lebih melunak (dovish) dibandingkan sebelumnya.

Hal itu dipicu data ekonomi AS yang belum sesuai ekspetasi, dan kemudian diperkuat dengan pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell pada akhir November 2018 lalu, bahwa suku bunga AS saat ini berada di tingkat mendekati netral

Bahasa Powell tersebut merupakan bentuk komunikasi terbaru yang membuat pelaku pasar berkekspetasi bahwa The Fed tidak akan agresif lagi untuk menaikkan suku bunga acuan di 2019.
 
Sepanjang tiga tahun terakhir pasar keuangan dunia dibayangi ketidakpastian karena kenaikan suku bunga acuan AS yang menjadi bagian normalisasi moneter di negara Paman Sam.

Baca juga: Defisit perdagangan membesar, BI sebut perlu insentif genjot ekspor

Baca juga: Rupiah ditutup menguat, investor masih respons positif ekonomi nasional

Baca juga: IHSG melemah 80,53 poin, terimbas defisit perdagangan November



 

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018