Batam (ANTARA News) - Tujuh Penanam Modal Asing (PMA) dari Jepang, Singapura dan Malaysia menanamkan modal senilai 21.746.000 dolar AS pada Upacara Pembukaan dan Penandatanganan Industri Baru dan Perluasan Industri di Batam, Selasa. Investasi 21,7 juta dolar AS itu berupa perluasan oleh PT NOK Asia Batam asal Jepang; PT Hongfoong Plastic Industriers, Singapura; PT Yeakin Plastic Industry, Singapura; PT Petrotech Batam, Malaysia dan PT Fujitec Indonesia, Jepang serta pembukaan industri baru oleh PT KPE Industry, Jepang dan PT Tomoe Walve Batam, Jepang. Gubernur Kepulauan Riau (Kepri) Ismeth Abdullah mengatakan penanaman modal oleh PMA menandakan sebagai kota industri Batam mampu bersaing dengan kota lain di dunia. Batam bersaing dengan kota industri di Malaysia, Vietnam, Pilipina, India, Bangladesh dan Myanmar. "Setiap kota memiliki karakter sendiri, namun Batam memiliki beberapa keunggulan dibanding kota lain," katanya. Selain terletak di Selat Malaka dan Selat Singapura, satu jalur perairan terpadat di dunia, Batam, melaui FTZ juga menawarkan beberapa kemudahan bagi pengusaha. "Pengurusan usaha yang cepat dan beberapa insentif pengurangan pajak," katanya. Ia mengatakan semua jenis pajak kecuali pajak perusahaan di Batam tidak perlu dibayarkan. "Nol persen," katanya menegaskan. Sementara itu, Direktur Manager Kawasan Industri Latrade P.N. Teo mengatakan sebagai kota industri, Batam mendapat tantangan dari Kawasan Industri Iskandar di Johor Bahru, Malaysia yang pembangunannya bekerjasama dengan Singapura. Menurut Teo, insentif yang ditawarkan Kawasan Industri Iskandar untuk menarik penanam modal banyak. "Mereka `jor-joran` memberikan insentif, itu mengancam Batam," katanya. Ia mengatakan jika tidak ingin kalah dengan Iskandar, maka pemerintah pusat harus serius memberikan insentif dan memberantas segala jenis pungutan liar kepada pengusaha. Sebelumnya, Kamis (2/8), 20 proyek PMA menanamkan modal senilai 1,797 miliar dolar AS dan dua kontrak perdagangan ekspor senilai 102,5 miliar dolar AS. Disaksikan Wapres Jusuf Kalla dan beberapa menteri, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) M Lutfi, dan Gubernur Kepulauan Riau Ismeth Abdullah, penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dilakukan oleh masing-masing pihak. Dari 20 proyek, enam di antaranya menanamkan modal di Batam, PT Beyonics Manufacturing-PT Panbil Industrial Estate senilai 500 ribu dolar AS (elektronik), PT Epcos Indonesia-PT Panbil Industrial Estate senilai 15 juta dolar AS (peralatan elektronik) dan Fabtech International Ltd-Dubai Drydocks World Ltd senilai 500 juta dolar AS (galangan kapal).(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007