Purbalingga, Jateng (ANTARA News) - Menteri Agama, Maftuh Basyuni, Jumat( 7/9), mendatangi Sumanto, manusia "robot gedeg" atau pemakan manusia, yang kini masih menjalani perawatan di Balai Pengobatan Mental dan Rehabilitasi Sosial Korban Narkoba, Desa Bungkenal, Karanganyar, Kabupaten Purbalingga, Jateng. Kunjungan menteri bersama Kakanwil Depag Jateng, H. Masyhudi MM, itu mengagetkan pimpinan balai pengobatan, H. Supono Mustajab, Sumanto dan kawan-kawan. Ketika Menteri Agama menjumpainya, Sumanto terlihat ceria dan berdialog kepada para pengunjung. Mengenakan baju koko warna putih dan topi haji, Sumanto terlihat banyak melempar senyum. Di Balai Pengobatan milik Supono itu kini dirawat sekitar 20 pasien, baik akibat narkoba maupun sakit jiwa. Banyak pasien sudah sembuh lewat balai pengobatan yang menggunakan perpaduan metode spiritual dan kedokteran itu. "Sudah ribuan yang sembuh," kata Supono. Supono menjelaskan kondisi mental Sumanto -- yang menghebohkan masyarakat Indonesia beberapa tahun silam karena gemar makan daging manusia dari dalam kubur -- kini makin baik. Meski begitu tetap harus menjalani perawatan karena masih labil. Ketika diminta untuk bercerita prihal dirinya selama menjalani perawatan dan pengalamannya di penjara, bicara Sumanto masih tak fokus. Menteri Agama mengatakan kedatangannya ke balai pengobatan itu bukan dikhususkan melihat Sumanto, manusia yang sempat membuat heboh masyarakat. Itu hanya kebetulan saja, tetapi yang penting memberikan semangat kepada pengelola balai pengobatan yang penuh ikhlas merawat korban narkoba dan sakit jiwa. Sorot mata Sumanto Dalam kesempatan itu Maftuh memberi nasihat kepada Sumanto agar tekun beribadah. Mendengar nasihat menteri, Sumanto menjawab bahwa ia akan meningkatkan keimanannya. Menurut Sumanto, pada 12 September nanti akan mendatangi pemakaman, atau sebelum puasa Ramadhan, untuk berziarah kepada sejumlah makam yang pernah digali dan dagingnya dimakan. Hal ini dilakukannya sebagai perwujudan ia minta ampunan kepada Tuhan. Mengomentari kondisi Sumanto, Menteri Agama mengatakan jika dilihat dari sorot matanya ia memang masih harus menjalani perawatan intensif di balai pengobatan ini. Ia memang sudah bisa kembali ke masyarakat. Sayangnya, keluarganya masih belum menerima. Hal ini mungkin rasa takut masyarakat. Karena penyakitnya itu, memakan orang yang merupakan hal di luar logika manusia, ujar Menteri, seraya menambahkan untuk menyembuhkannya secara total memang perlu waktu. "Jika dilihat sorot matanya, harus diwaspadai," kata Maftuh. Menteri mengaku bersyukur masih ada orang mau berkorban membuka balai pengobatan seperti Supono Mustajab. Ia bekerja ikhlas. Dengan tenaga terbatas, seorang dokter psikiatri, dr. Basyiran SPKJ dan dr. Desy Hartini, dan beberapa tenaga perawat, sudah banyak pasien disembuhkan. "Saya sudah baikan," kata Nurul Muis (27) pasien sakit jiwa asal Riau, yang mengaku dahulu sering dengar suara halus untuk menghancurkan apa saja. Sedangkan kondisi Leonardi (48), pasien pengguna dan bandar ganja asal Jakarta, terlihat masih garang. Kata-katanya juga masih ngawur. Leonardi mengaku ingin pulang cepat. Tapi, kondisi mentalnya masih labil. "Orang sakit jiwa memang begitu jiwanya," ujar dr. Desy, alumnus FK Muhammadiyah Yogyakarta. (*)

Copyright © ANTARA 2007