Palu, Sulawesi Tengah (ANTARA News) - Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin prihatin angka perceraian meningkat setiap tahun, menyebut pergeseran makna dan nilai mengenai pernikahan dan perceraian sebagai salah satu faktor pemicunya.

Di hadapan ratusan aparatur sipil negara dalam lingkup Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulawesi Tengah, Senin (17/9), Menteri Agama mengungkapkan perubahan pemaknaan pernikahan membuat di antara pasangan suami-istri generasi sekarang bahkan ada yang merencanakan perceraian.

"Mereka sebelum nikah sudah saling bersepakat, antara pasangan laki-laki dan perempuan, kalau kita nikah dua tahun saja, atau tiga tahun saja, setelah itu kita cerai," katanya di Palu, saat menghadiri peresmian pelayanan terpadu satu pintu dan tujuh kantor urusan agama di Sulawesi Tengah.

Ia menjelaskan bahwa sesungguhnya semua agama menganggap pernikahan sebagai peristiwa sakral, bukan sekadar  perjanjian antara umat manusia yang berbeda jenis kelamin.

"Tetapi perjanjian yang disaksikan atas nama Tuhan. Dan semua agama sangat memuliakan pernikahan," katanya.

Ia lalu menekankan pentingnya pendidikan pra-nikah yang terstruktur, sistematis dan terencana bagi calon pasangan suami-istri dalam upaya menekan angka perceraian.

"Sejak dua tahun lalu, kita serius membenahi pendidikan pra-nikah, dan kita sudah mengeluarkan tiga modul dan akan terus kembangkan," katanya.

"Sebelum generasi muda kita menjadi ayah dan ibu nantinya, mereka harus diberikan wawasan yang baik, agar angka perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga tidak semakin meningkat," ia menambahkan.

Baca juga:
Menteri Yohana prihatin perceraian di kalangan ASN tinggi
Angka cerai naik, Pemerintah akan adakan kursus pranikah

 

Pewarta: Fauzi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018