Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan peringatan dini bencana bisa dilakukan lebih cepat dengan adanya produk inovasi Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) 4.0, Geohotspot 4.0 dan InfoBMKG 4.0.

 "Tiga produk inovasi dari BMKG yang diluncurkan Wakil Presiden Jusuf Kalla ini merupakan hasil pengembangan anak bangsa,"?kata Dwikorita saat jumpa pers seusai peluncuran tiga produk inovasi BMKG di Jakarta, Kamis.

 Dwikorita mengatakan InaTEWS 4.0 merupakan teknologi untuk mendeteksi gempa bumi dan kemungkinan tsunami dengan tingkat kecepatan dan ketepatan yang lebih baik dengan sensor pemantauan mencapai 170 titik di seluruh Indonesia.

 Sebelumnya, gempa bumi dan kemungkinan tsunami bisa diketahui setelah lima menit lebih dari kejadian. Dengan InaTEWS 4.0, gempa bumi dan kemungkinan tsunami bisa diketahui dalam waktu tiga menit dan paling lama lima menit.

 "Bandingkan dengan gempa dan tsunami Aceh 2004. Karena keterbatasan sensor, pusat gempa dan tsunami baru diketahui lebih dari dua jam setelah kejadian," jelasnya.

 Sedangkan Geohotspot 4.0 merupakan teknologi untuk melacak titik-titik panas yang kemungkinan menyebabkan kebakaran hutan dan lahan dengan tingkat pembaharuan data setiap 10 menit.

 "Teknologi sebelumnya, pembaharuan data memerlukan waktu 12 jam dan tidak bisa dilakukan malam hari karena gelap. Dengan memanfaatkan satelit Himawari, kini faktor cuaca bisa disaring sehingga titik-titik api bisa dilacak di malam hari," katanya.

 Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap ketepatan prakiraan cuaca, BMKG juga mengembangkan InfoBMKG 4.0 yang bisa memprakirakan cuaca untuk wilayah yang lebih kecil.

 Sebelumnya, prakiraan cuaca hanya untuk wilayah satu kabupaten/kota. Dengan InfoBMKG 4.0, prakiraan cuaca bisa dilakukan untuk lingkup cuaca atau "venue".

 "Teknologi ini bermanfaat misalnya untuk penyelenggaraan Asian Games. Perlombaan paralayang di bukit memiliki topografi yang berbeda dengan perlombaan dayung di sungai. Perbedaan topografi bisa menyebabkan perbedaan cuaca," jelasnya.

 Dwikorita mengatakan tiga produk inovasi tersebut dikembangkan oleh staf BMKG yang kebanyakan merupakan generasi milenial. Mereka mengembangkan inovasi tersebut berdasarkan algoritma matematika.

 "Staf milenial kami membangun permodelan dengan perhitungan algoritma baru dan kecerdasan buatan sehingga tingkat kecepatan dan ketepatannya meningkat," katanya. (T.D018)

 Baca juga: BMKG : titik panas meningkat akibat kemarau meluas
Baca juga: BMKG ajak masyarakat tidak panik isu gempa Jawa

 

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018