Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia yang baru dilantik Perry Warjiyo menjanjikan penguatan kebijakan moneter melalui suku bunga acuan dan intervensi pasar untuk menstabilisasi nilai tukar rupiah setelah anjloknya mata uang Garuda ke level depresiasi empat persen sejak Januari hingga 21 Mei 2018.

"Saya akan prioritaskan kebijakan moneter untuk bisa stabilkan kurs rupiah dengan kombinasi kebijakan suku bunga dan intervensi ganda," ujar Perry dalam pernyataan pertamanya setelah dilantik di Mahkamah Agung, Jakarta, Kamis.

Perry yang selalu mengkampanyekan kebijakan moneter pro-pertumbuhan dan pro-stabilitas itu, menekankan instrumen kebijakan moneter akan sepenuhnya digunakan untuk menjaga stabilitas perekonomian. Instrumen moneter diprioritaskan untuk menghadapi tekanan yang disebabkan normalisasi kebijakan moneter AS dan terus naiknya imbal hasil obligasi pemerintah AS, US Treasuy Bill yang menyedot modal asing di Indonesia.

Baca juga: Perry Warjiyo dilantik jadi Gubernur Bank Indonesia

Namun, kata dia, BI tidak akan mengabaikan potensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, salah satunya dengan instrumen makroprudensial.

"BI masih memiliki empat instrumen lainnya untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar Perry yang menghabiskan lima tahun terakhirnya menjadi Deputi Gubernur BI.

Anak petani dari desa di Sukoharjo itu berjanji akan menerapkan kebijakan moneter yang terdepan dan antisipatif atau pre-emptive dan ahead the curve guna merespon dinamika ekonomi global yang penuh dibayangi ketidakpastian.

"Nilai tukar sekarang sudah overshoot," ujar dia.

""Kami juga akan pre-emptive, ahead the curve dalam resep kebijakan suku bunga. Kemudian lakukan intervensi ganda stabilkan kurs dan beli Surat Berharga Negara dari pasar," tambahnya.

Baca juga: Sri Mulyani tunggu gebrakan gubernur baru Bank Indonesia

Bank Sentral sudah menghabiskan Rp50 triliun untuk membeli Surat Berharga Negara (SBN) sejak awal tahun dan termasuk di dalamnya sebesar Rp13 triliun pada Mei 2018 ini. Intervensi itu untuk meredakan gejolak di pasar SBN karena tekanan modal keluar menyusul naiknya imbal hasil obligasi pemerintah AS.

Perry dalam waktu dekat juga akan memanggil perbankan yang aktif dalam pengelolaan devisa untuk "menenangkan" dan mensosialisasikan kebijakan moneter.

"Saya juga akan perkuat koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan. Saya juga akan aktif berkomunikasi dengan perbankan, misalnya untuk membenarkan banyak mispersepsi," ujar dia.

Suku bunga acuan BI "7-Day Reverse Repo Rate" saat ini sebesar 4,5 persen yang pada Mei 2018 ini baru mengalami kenaikan 0,25 persen, setelah sembilan bulan terakkhir dipertahankan di 4,25 persen.
 

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018