Jakarta (ANTARA News) - Pembacaan puisi "Doa untuk Anak Cucu" oleh budayawan WS Rendra menutup acara "Parade Teater Anak 2007" yang berlangsung di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Minggu, dalam rangka menyambut Hari Anak Nasional (23/7). Puisi yang ditulisnya di Bojong Gede 18 Juli 1992 itu bertutur tentang doa seorang manusia untuk anak cucunya agar mereka selalu dilindungi dalam menghadapi masa-masa sulit kehidupan saat ini. "Lindungilah mereka dari kejahatan lelucon tentang Chernobyl dan Hiroshima, dari heroin yang diserap lewat ciuman, dari iktikad buruk yang dibungkus kertas kado, dan dari ancaman tanpa makna" Ini adalah cuplikan puisi Rendra yang tampil bersama belasan anak-anak "Sanggar Teater Jakarta" pimpinan Sudibyanto. Sebelum pembacaan puisi, belasan anak-anak itu membawakan cerita berjudul "Saatnya Mendengar Suara anak" mengisahkan tentang anak-anak yang sering melihat orang tuanya setiap hari bertengkar, mengeluhkan biaya hidup yang semakin tinggi, dan para wakil rakyat yang sepak terjangnya tak lagi mewakili suara hati rakyat. Di saat yang sama mereka juga turut mengalami menjadi korban dari ketidakberdayaan orang tua membiayai hidup. Sekolah semakin mahal tak terjangkau, sementara harga kebutuhan pokok makin melambung. "Kami melihat, kami mengalami, dan kami juga merasakan semua itu," ujar mereka. Diakhir pementasan teater, Rendra selain membacakan puisi juga didaulat untuk memberikan nasehat pada anak-anak. Menurut Rendra, ada tiga hal yang yang harus dilakukan seorang manusia untuk menuju hidup tenang dan damai, yakni hidup bersama dengan mematuhi hukum alam, hukum masyarakat, dan hukum akal sehat. "Orang harus bisa menghargai hukum alam, misalnya tidak boleh merusak hutan karena menyalahi hukum alam. Hutan yang rusak menimbulkan bencana yang akan merugikan umat manusia," ujar Rendra yang duduk di atas tumpukan level panggung dikerumuni anak-anak yang duduk bersila. Dihadapan anak-anak itu, Rendra juga menekankan pentingnya hidup mematuhi hukum masyarakat agar tidak terjadi kekacauan dan tindakan anarkis yang semakin merugikan masyarakat. "Hidup menghargai hukum alam dan hukum masyarakat juga harus diseimbangkan dengan hukum akal sehat. Coba bayangkan bagaimana kalau dalam hidup kita tidak berpikir dengan akal sehat, apa yang terjadi ," ujarnya disambut anggukan anak-anak. Di akhir dialognya dengan anak-anak itu, Rendra berpesan agar anak-anak tetap menjalani hari-hari dengan cinta kasih dan optimistis tidak patah semangat di tengah kondisi negeri yang belum sepenuhnya memberikan kedamaian pada rakyatnya. "Parade Teater Anak 2007" dimeriahkan dengan tampilnya tiga kelompok teater anak-anak di Jakarta, masing-masing Sanggar Anak Bulungan, Laboratorium Seni Teater Jakarta Timur, dan Sanggar Teater Jakarta. (*)

Copyright © ANTARA 2007