Pameran foto kali ini bertema `de.si.ree` atau hasrat dengan mengangkat potret tentang makna kehidupan."
Makassar (ANTARA News) - Kepala Biro Humas dan Protokol Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Devo Khaddafi membuka secara resmi pameran foto workshop `de.si.ree` (hasrat) siswa Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA) Makassar angkatan ke-3 di Gedung Kesenian Societeit Harmonie 1-6 Mei 2018 di Makassar, Sulawesi Selatan.

"Kami berterima kasih atas penghargaan yang diberikan untuk membuka pameran foto jurnalistik di gedung kesenian yang bersejarah ini," tutur Devo di Makassar, Selasa malam.

Menurutnya, satu foto sangat bernilai dan bisa merubah seluruh cerita yang ada. Karya fotografi juga bisa merubah dunia karena esensi sebuah foto sangat berpengaruh pada hasil yang dipotret fotografernya.

Selain itu dirinya berharap, kedepan fotografi bisa merubah pandangan bahwa Sulsel tidak hanya dikenal dengan demonstrasinya, tapi bagaimana mengangkat sisi lain dengan mengemas foto dari pertanian, ekonomi, sosial budaya, dan aspek lainnya dalam sebuah karya foto.

"Salah satu yang mencuri perhatian dimana daerah lain kekurangan listrik tapi Sulsel kelebihan, melalui foto tentu tidak banyak kata, tapi foto yang bercerita," papar penikmat fotografi itu.

Dirinya menambahkan, dengan terbentuknya Forum Humas Provinsi Sulsel dengan jaringan seluruh humas Pemda di 24 kabupaten kota, akan mengandeng GFJA Makassar untuk mengadakan pelatihan, mengingat nantinya setiap humas akan memamerkan produk kehumasan salah satunya produk jurnalistik.

Sementara Direktur GFJA Pusat Oscar Matuloh pada kesempatan itu memaparkan dalam setiap workshop dilaksanakan memang jumlah pesertanya diseleksi dan dibatasi karena sistem pengajaran dilakukan secara intensif agar hasilnya maksimal.

Meski demikian GFJA pada dasarnya tetap membuka kelas khususnya bagi kehumasan guna memberikan penguatan tentang jurnalistik agar informasi yang disampaikan dapat disebrakan seluas-luasnya.

Saat ini, kata Oscar generasi telah berubah seiring perkembangan jaman atau dengan istilah jaman Now, sehingga diperlukan cara-cara yang sesuai kebutuhan jaman. Meski demikian kualitas fotografi tentu tetap dikedepankan.

"GFJA hadir diawal hingga sat ini jaman now. Kita telah mempersiapkan cara menjawab tantangan dengan menyiapkan wadah fotografi itu untuk memajukan dunia jurnalistik," tambah Oscar.

Kepala Biro Perum LKBN Antara Sulselbar, Laode Masrafi menuturkan GFJA yang berada di Makassar disiapkan sebagi wadah edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat, mengingat Kantor Berita Antara adalah bagian dari humas negara untuk meberikan pencerahan, edukasi bagi publik.

"GFJA adalah bagian dari visi misi Devisi Antara Foto sebagai bahasa jurnalistik secara visual untuk tempat lahirnya fotografer handal. Selain itu GFJA adalah tempat berkumpulnya fotografer, tidak hanya menimba ilmu tapi memberikan dampak positif keberlangsungan foto jurnalistik," paparnya.

Siswa angkatan III Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA) Makassar akhirnya menggelar pameran 91 buah foto jurnalistik 1-6 Mei 2018 di Gedung Kesenian Societeit de Harmoni jalan Riburane, Makassar, Sulawesi Selatan.

"Pameran foto kali ini bertema `de.si.ree` atau hasrat dengan mengangkat potret tentang makna kehidupan," ujar Ketua Panitia pameran de.si.ree, Syaeif Husain di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa.

Dari total 91 jumlah foto yang dipamerkan, kata dia, sebalumnya telah dikurasi atau diseleksi tim pengajar GFJA Makassar, untuk selanjutnya dicetak dan dipamerkan di gedung kesenian setempat.

Untuk foto cerita, sebanyak 38 buah yang menceritakan tentang hukum qaunun (cambuk) di abadikan di Aceh, kemudian tambang minyak tradisional rakyat diistilahkan `Emas Hitam` di Wonocolo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur serta sosok perempuan bernama Rippang Pong Labba dikenal nenek Panggau, pemintal kapas menjadi benang tertua di Kabupaten Tana Toraja, Sulsel.

Sementara untuk foto tunggal dipamerkan sebanyak 53 karya dengan menyampaikan pesan visual mengenai arti kehidupan sehari-hari yang diabadikan melalui gaya foto masing-masing sesuai aturan jurnalistik.

Dari karya yang diabadikan tujuh siswa kelas dasar jurnalistik tersebut masing masing Ahmad Hanief, Arnas Padda, Ekkie Fachryzah, Indra Abriyanto, Shofwan Al Fakri, Syaief Husan dan Yuni M Salempa, telah berhasil membuat foto jurnalistik setelah ditempa selama enam bulan, Juni-Desember 2017.

Pewarta: M Darwin Fatir
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018