Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar Republik Korea Selatan untuk Indonesia Kim-Chang-beom menyatakan bahwa Korsel dan Indonesia terus melanjutkan pengembangan proyek pesawat tempur generasi 4.5 KFX/IFX.

Duta Besar Kim dalam sesi wawancara khusus dengan Antara di Jakarta, Kamis mengungkapkan bahwa KFX/IFX adalah proyek kerja sama jangka panjang antarpemerintah yang telah berlangsung dengan cukup lancar.

Pemerintah Korsel memiliki hubungan yang dekat dengan Menhan Ryamizard Ryacudu dan terus berkonsultasi dalam pengembangan proyek pesawat tempur KFX/IFX yang bisa mengakomodasi kemampuan siluman, atau tak terdeteksi oleh radar itu.

"Sejauh yang saya tahu, keseluruhan presentasi berjalan dengan baik dan saya belum mendengar adanya keputusan resmi terkait pengunduran diri dari proyek yang sedang berlangsung ini," kata Kim.
Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Kim Chang-beom dalam wawancara khusus dengan Antara di Jakarta, Kamis (29/4/2018). (ANTARA News/Aditya Wicaksono)


Proyek KFX/IFX adalah proyek kerja sama jangka panjang antara Korsel dengan Indonesia untuk membangun kemandirian industri pertahanan di tengah keberadaan negara-negara besar dalam laju pengembangan alat utama sistem persenjataan dunia.

Proyek pembuatan pesawat tempur yang mempunyai rentang spesifikasi teknis di antara generasi 4 dan 5 tersebut pertama kali ditawarkan oleh pemerintah Korsel ke Indonesia pada 2010.

Kerja sama tersebut dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu Fase Pengembangan Teknologi, Fase Pengembangan Mesin dan Manufaktur, dan Fase Pengembangan Produksi.

Indonesia dan Korea Selatan pada Januari 2016 menandatangani perjanjian senilai 1,3 miliar dolar AS untuk pengembangan jet tempur baru.

Berdasarkan atas perjanjian itu, yang ditandatangani dengan Korea Aerospace Industries (KAI), Kementerian Pertahanan Indonesia akan menanam sekitar 1,6 triliun won (Rp13 triliun) dalam program Korea - Indonesia Fighter Experimental (KFX/IFX).

"Kami harap proyek ini dapat dilaksanakan tanpa hambatan," kata dubes Kim.

Pewarta: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018