Kupang (ANTARA News) - PT Garam Indonesia saat ini merencanakan ladang garam di desa Bipolo Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, dikelola untuk memenuhi industri garam di Indonesia sehingga dapat mengurangi impor garam dari luar negeri.

"Garam di Bipolo sangat bisa dikembangkan untuk garam industri. Saat ini kita sedang setting untuk memenuhi industri garam di negara ini," kata Direktur PT Garam Indonesia Budi Sasongko saat ditemui Antara di Kupang, Senin.

Ia mengatakan ladang garam yang sedang dikembangkan di Bipolo saat ini adalah ladang garam yang sempurna karena baru pertama kali diolah oleh PT Garam Indonesia.

Beda dengan ladang garam di Madura yang pertama kali dikembangkan saat jaman Belanda sehingga sedimentasi lahan tersebut perlu direvitalisasi serta diredesain kembali.

"Tetapi karena di sini (Bipolo, red) adalah model baru maka desain kita, kita sempurnakan sesuai dengan standar operasi yang benar dengan harapan agar ladang garam yang sedang kita kembangkan ini semuanya bisa untuk industri," tambahnya.

Budi menambahkan pada akhir 2017 lalu justru garam yang sudah dihasilkan dari Bipolo itu sudah dikirim ke pulau Jawa untuk diolah menjadi garam industri karena memang belum ada pabrik pengolahan di NTT.

Jumlah yang dikirim ke Jawa mencapai 4.000 ton. Namun menurutnya jumlah tersebut terlalu kecil mengingat luas lahannya saat ini mencapai 318 hektare. Jumlah panenan yang masih terbilang kecil itu menurutnya dikarenakan anomali cuaca pada akhir tahun 2017 itu.

Budi menambahkan untuk tahun 2018 ini dengan asumsi musim yang normal maka pihaknya menargetkan bisa menghasilkan kurang lebih 30.000 sampai 40.000 ton untuk dikirimkan ke Jawa dan diolah menjadi garam industri.

"Kalau musimnya sesuai dengan normal musim di sini yakni dari Mei-Januari tahun berikutnya maka target ini akan tercapai," tambahnya.

Terkait memberdayakan masyarakat di desa Bipolo untuk peningkatan ekonomi masyarakat, saat ini jumlah pekerja di ladang garam Bipolo itu mencapai 200 pekerja.

Setiap pekerja per orangnya dibayar Rp55.000 perhari. Belum lagi jika ada kerja lembur maka bayarannya akan bertambah.

Pewarta: Kornelis Aloysius Ileama Kaha
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018