Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo menginginkan potensi pembangunan keuangan syariah di Indonesia digarap serius, mengingat hal tersebut masih sangat besar untuk dikembangkan karena Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk muslim terbesar di dunia.

Hal itu disampaikan Presiden dalam rapat pleno Komite Nasional Keuangan Syariah yang digelar di Kantor Presiden, Jakarta, Senin.

"Untuk itu kita sangat serius untuk menggarap potensi ini dan saya melihat angka-angkanya juga menunjukkan peningkatan," kata Presiden Jokowi.

Menurut Presiden, aset perbankan syariah terus mengalami peningkatan pada 2017 yang tercatat sebesar Rp435 triliyun atau sekitar 5,8% dari total aset perbankan Indonesia.

Selain itu, pasar modal syariah di Indonesia juga terus membaik dengan pangsa pasar sukuk mencapai 19% dari seluruh sukuk yang diterbitkan di berbagai negara.

Pemerintah juga mencatat aset industri keuangan syariah non-bank naik dua kali lipat sejak 2013.

"Kita juga memiliki potensi yang sangat besar dalam pengumpulan dana sosial keagamaan seperti dana haji, dana zakat, dana wakaf, serta dana infaq dan sedekah," ujar Presiden.

Presiden menjelaskan banyak potensi industri dan perdagangan syariah yang dapat segera digarap seperti industri busana muslim, industri makanan halal, industri farmasi dan industri pariwisata.

"Kita memiliki tingkat konsumsi makanan halal terbesar di dunia. Indonesia masuk 5 besar negara dengan konsumsi produk obat-obatan dan juga kosmetik halal terbesar di dunia. Indonesia adalah pasar terbesar kelima di dunia untuk konsumsi busana muslim," jelas Jokowi.

Kepala Negara meminta agar masyarakat Indonesia dapat menjadi motor penggerak ekonomi syariah sehingga tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga luar negeri.

Pewarta: Bayu Prasetyo
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018