Jakarta (ANTARA News) - Badan Pertimbangan Perfilman Nasional akhirnya membatalkan kemenangan gelar film "Ekskul" sebagai film terbaik dalam Festival Film Indonesia 2006 dengan alasan adanya pelanggaran hak cipta dalam film tersebut. Ketua BP2N Deddy Mizwar kepada ANTARA News di Jakarta, Rabu, membenarkan adanya pembatalan terhadap kemenangan film produksi Indika Entertainment tersebut. "Kami akan menjelaskan hasil rapat BP2N kepada pers Kamis (28/6), semua yang berkaitan dengan pembatalan itu akan kami sampaikan secara jelas," katanya. Deddy mengatkan, pihaknya juga sedang membahas tentang langkah selanjutnya yang akan ditempuh BP2N setelah pembatalan itu resmi disampaikan. "Saya tidak bisa menyampaikan sekarang bagaimana langkah yang akan diambil setelah pembatalan, tergantung nanti bagaimana kesepakatan rapat," kata pemeran Naga Bonar itu. Pembatalan terhadap kemenangan "Ekskul" tertuang dalam SK Nomor 06/KEP/BP2N/2007 tentang Pembatalan Piala Citra untuk Film Terbaik dan Piala Citra untuk Sutradara Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2006. Surat tersebut ditandatangani Ketua BP2N Deddy Mizwar dan ditetapkan pada 15 Juni 2007. Film "Ekskul" produksi PT Indika Cipta Media menjadi pemenang utama dengan meraih empat piala dalam ajang penghargaan Piala Citra Festival Film Indonesia 2006 di Jakarta. Film yang disutradarai Nayato Fio Nuala ini mendapat penghargaan untuk kategori "Editor Terbaik" (Aziz Natandra), "Penata Suara Terbaik" (Badiel Revaldo), "Sutradara Terbaik" dan "Film Terbaik". Sementara itu dihubungi terpisah, anggota Masyarakat Perfilman Indonesia, Joko Anwar mengatakan MFI menyambut baik langkah yang dilakukan BP2N. "Ini adalah langkah maju perfilman Indonesia, awalnya MFI menganggap BP2N tidak bisa memberi pencerahan, namun ternyata justru mengambil langkah yang tegas," kata Joko. Joko mengatakan, MFI tidak akan mengambil langkah dengan keputusan BP2N, sebab perjuangan MFI sejak 3 Januari dengan mengembalikan sejumlah Piala Citra tidak hanya menuntut pembatalan film tersebut. "Pengembalian piala itu adalah simbol keseriusan kami dalam memperjuangan dunia perfilman yang baik di Indonesia," katanya. MFI, lanjut Joko, tidak lantas bergembira dengan langkah yang diambil BP2N. Perjuangan MFI masih panjang sebab masih banyak hal yang harus dibenahi dalam dunia perfilman di Indonesia. "Sistem perfilman di Indonesia masih semrawut, itu agenda besar perubahan yang harus dilakukan," demikian Joko.(*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007