Jakarta (ANTARA News) - Sutradara Monty Tiwa mencoba hal baru dengan meracik serial drama romantis "The Publicist",  original serius Viu Indonesia yang dibuat guna memperbanyak konten berkualitas lokal di layanan penyedia video Viu.

"Saya mengapresiasi ada media baru untuk memberi kesempatan pada kami para pekerja seni lokal," kata Monty dalam konferensi pers "The Publicist" di Jakarta, Rabu.

Kesempatan berkarya di area yang belum pernah ia coba sebelumnya terasa menyenangkan, kata Monty yang biasanya menggarap layar lebar.

Ia berpendapat penyedia layanan video on demand memperkaya pilihan hiburan audio visual untuk masyarakat Indonesia selain tayangan di layar kaca maupun layar lebar. Baik sinetron maupun film bioskop punya pasar konsumen masing-masing, dia ingin mencoba menjangkau segmen penonton yang belum terjamah.

"Ada market lain di luar (sinetron dan film) yang besar, tapi belum tersentuh. Mereka bukan penonton sinetron, bioskop dan film lokal, mereka ada di luar sana dan jumlahnya besar," kata Monty, menambahkan, "Saya ingin jadi orang pertama yang coba masuk ke situ."

Mengapa Monty tidak mencoba menggarap sinetron? Dia mengakui sinetron tidak cocok baginya. Monty menegaskan dia tidak mendiskreditkan sinetron dibandingkan format tayangan lain. 

"Seni di medium apa pun saya enggak berani bilang mana yang bagus, mana yang salah, mana yang bagus, mana yang jelek. Semua masing-masing ada marketnya," ujar Monty, menambahkan sinetron di Indonesia punya basis penonton yang kuat. 

"The Publicist" berkisah tentang hubungan aktor Reynaldi yang tersandung skandal narkoba dan karirnya terancam hancur. Julia, publisis handal, diminta membantu mengembalikan reputasi Reynaldi.

Serial 13 episode yang tayang di Viu Indonesia itu dibintangi Prisia Nasution, Adipati Dolken, Baim Wong, Poppy Sovia dan Reza Nangin.




Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017