Jakarta (ANTARA News) - Kementerian BUMN mencatat jumlah perusahaan milik negara yang mengalami rugi hingga semester I 2017 mencapai 24 perusahaan, turun dari sebanyak 27 perusahaan pada semester I 2016.

"Tiga BUMN kinerjanya membaik pada semester I 2017. Sehingga jumlah perusahaan yang rugi tersisa sebanyak 24 BUMN," kata Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN, Aloysius K Ro, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa.

Menurut dia, tiga BUMN yang kinerja keuangannya menjadi positif, yaitu PT Djakarta Lloyd (Persero) perusahaan jasa angkutan kargo kontainer dan curah berbasis transportasi kapal laut, PT Nindya Karya (Persero) perusahaan jasa konstruksi dan PT Varuna Tirta Prakasya (Persero), perusahan jasa logistik.

"Tiga perusahaan itu kembali bangkit karena dampak dari sinergi antar-BUMN. Djakarta Lloyd dapat pesanan mengangkut batubara milik PLN, Nindya Karya mendapat proyek konstruksi dari sejumlah BUMN Karya dan Varuna dapat order logistik sejumlah BUMN," ujarnya.

Sedangkan 24 BUMN yang masih merugi pada semester I 2017, yaitu PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero), Perum Bulog, PT Berdikari (Persero), PT Indofarma (Persero) Tbk, PT Energy Management Indonesia (Persero), PT Hotel Indonesia Natour (Persero), PT Pos Indonesia (Persero), Perum PFN.

Selanjutnya, PT Aneka Tambang (Persero) Tbk, PT Balai Pustaka (Persero), PT PAL Indonesia (Persero), PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero), PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, PT Boma Bisma Indra (Persero), PT INTI (Persero), PT Dirgantara Indonesia (Persero), PT Amarta Karya (Persero).

PT PDI Pulau Batam (Persero), Perum Damri, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, PT Danareksa (Persero), PT Pengembangan Armada Niaga Nasional (Persero), PT Iglas (Persero), PT Istaka Karya (Persero).

Sementara itu, Sekretaris Kementerian BUMN, Imam A Putro, mengatakan, ke-24 BUMN yang merugi pada tahun buku semester I 2017 tersebut umumnya karena berbagai macam persoalan.

"Ada yang karena beban kerugian di masa lalu, ada yang karena salah manajamen, ada yang karena turunnya harga komoditas di pasar global dan karena tidak mampu bersaing dengan perusahaan swasta," ujar Imam.

Dengan begitu, dari 24 BUMN itu diproyeksikan tidak seluruhnya tetap terpuruk hingga akhir 2017. "Ada BUMN yang tipikal usahanya baru memperoleh pendapatan dalam jumlah besar pada semester II setiap tahunnya," ujar Putro.

Untuk itu tambahnya, Menteri BUMN, Rini Soemarno, sudah menginstruksikan deputi BUMN dan asisten Deputi yang membidangi masing-masing BUMN yang merugi tersebut agar lebih aktif menangani sekaligus mengawasinya.

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017