Aljier, Aljazair (ANTARA News) - Aljazair pada Minggu (7/5) kembali menyampaikan komitmen bagi negara tetangganya, Libya, untuk melanjutkan upaya mereka dalam membantu pihak yang berperang di Libya memulihkan perdamaian dan mewujudkan perujukan nasional.

"Kesepakatan politik yang dicapai pada 2015 di Maroko antar-pihak yang berperang di Libya mesti menjadi tonggak sejarah bagi penyelesaian berkelanjutan Urusan Maghribi," kata Menteri Aljazair Urusan Maghribi, Liga Arab dan Uni Afrika Abdelkade Messahel kepada wartawan.

Sebelumnya ia mengadakan pembicaraan dengan Kepala Misi Pendukung PBB di Libya Martin Kobler pada malam pertemuan menteri ke-11 negara tetangga Libya, yang dijadwalkan digelar di Aljier, Aljazair, Senin.

"Negara tetangga Libya terikat komitmen untuk membantu rakyat Libya mencapai penyelesaian akhir bagi krisis mereka, dan komitmen ini tak boleh dipandang sebagai campur-tangan dalam urusan Libya," kata Messahel.

Pada gilirannya, Kobler --sebagaimana dikutip Xinhua-- menekankan "peran penting negara tetangga Libya dalam memulihkan perdamaian dan keamanan buat negara Afrika Utara". Ia mengatakan, "Pertemuan tingkat menteri ke-11 negara tetangga Libya adalah kesempatan besar guna mendorong proses perdamaian di negeri itu."

Pejabat PBB tersebut juga menambahkan masyarakat internasional harus melancarkan lebih banyak upaya guna membantu rakyat Libya memperoleh kembali perdamaian dan kestabilan. Ia menegaskan, "Rakyat Libya sendiri memerlukan dukungan bagi penyelesaian krisis mereka."

Aljier pada Senin dijadwalkan menjadi tuan rumah pertemuan negara tetangga Libya, guna menilai perkembangan dan membahas proses perdamaian di sana.

Negara tetangga Libya adalah Tunisi, Aljazair, Niger, Chad, Sudan dan Mesir.

Pihak yang berperang di Libya mencapai kesepakatan perdamaian yang rapuh setelah pembicaraan yang ditaja PBB dan diselenggarakan di Kota Pelancongan Maroko, Skhirat, pada Desember 2015, dalam upaya mengakhiri lebih dari enam tahun perang saudara.

Kabinet dan pemerintah persatuan nasional dibentuk dan dipimpin oleh Perdana Menteri Fayez As-Seraj, yang misi utamanya ialah menyatukan kedua parlemen yang bertikai di Libya.

Libya saat ini memiliki dua parlemen yang bertikai, yaitu yang diakui masyarakat internasional dan berpusat di Kota Pelabuhan Tobruk di bagian timur negeri itu, dan Kongres Nasional Umum, yang berpusat di Ibu Kota Libya, Tripoli, serta didukung oleh Jenderal Khalifa Haftar.

(Uu.C003)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017