Jangan takut melawan tindakan-tindakan intoleransi dan kekerasan atas nama apapun."
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai bahwa hanya dengan bersatu, maka Asia-Afrika dapat menjadi sejahtera, dan persatuan Asia-Afrika bisa mewujudkan keamanan seluruh dunia terjamin.

"Negara-negara maju sekarang sedang gelisah. Perasaan aman yang terganggu, toleransi mereka yang terkoyak, dihantui terorisme, dihantui ekstremisme, dihantui radikalisme, dan mereka sedang mencari referensi nilai-nilai dalam mengelola keberagaman," ungkap Presiden Jokowi dalam pidato Peringatan ke-62 Konferensi Asia Afrika (KAA) di Istana Negara Jakarta, Selasa.

Presiden mengemukakan penilaiannya itu berdasarkan hasil kunjungannya ke beberapa negara di Eropa, Amerika, Asia, Timur Tengah, terutama negara-negara maju dalam kelompok 20 negara (Group 20/G20) yang saat ini mengalami kegelisahannya.

Oleh karena itu, Presiden Jokowi mengatakan bahwa Indonesia harus bersyukur karena telah memiliki kodrat kebangsaan yang Bhinneka Tunggal Ika, yakni kodrat Indonesia mengelola keberagaman, mengelola kemajemukan, mengelolala kebhinekkan.

Presiden menyebut Indonesia mempunyai lebih dari 714 suku, atau data Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai 1.314 suku, mempunyai beragam ras dan bermacam agama, namun tetap harmonis dan damai.

"Indonesia bisa tetap membangun dengan perubahan ekonomi yang baik dan di antara negara-negara anggota G20 pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2016 di triwulan kedua berada pada tingkat tiga besar, di bawah Tiongkok dan India. Karena itu, Indonesia menjadi referensi," kata Presiden.

Presiden mengatakan Indonesia dulu menjadi salah satu inisator solidaritas Asia-Afrika, menjadi inspirator negara-negara terjajah untuk merdeka.

"Sekarang Indonesia menjadi rujukan dalam mengelola keberagaman suku, mengelola mengelola keragaman ras dan mengelola keberagaman antar golongan," ungkap Presiden Jokowi.

Selain itu, Presiden menyatakan politik luar negeri Indonesia secara konsisten juga terus menyuarakan perdamaian dunia dalam menghormati keberagaman itu.

"Saya mengajak seluruh pemimpin dunia untuk terus menyuarakan penghormatan terhadap kemajemukan. Saya sampaikan langsung kepada para pemimpin Asia dan Afrika," ujar Presiden.

Presiden meyakini kerjasama Asia-Afrika dapat terus ditingkatkan dan berharap semangat Bhinneka Tunggal Ika juga menjadi semangatnya.

Presiden Jokowi dalam kesempatan ini juga mengutip pidato Presiden Soekarno saat pembukaan KAA pada 18 April 1955 bahwa prinsip live and let life (hidup dan membiarkannya hidup) serta unity in diversity (bersatu dalam perbedaan) menjadi kekuatan pemersatu yang akan membawa semua bangsa ke persahabatan dan diskusi yang bebas.

"Di mana masing-masing kita hidup dengan kehidupan kita sendiri dan biarlah mereka hidup dengan cara mereka dalam harmoni dan perdamaian," kata Presiden di depan para duta besar negara-negara Asia Afrika beserta pimpinan/mantan pimpinan lembaga negara dan para menteri Kabinet Kerja yang hadir.

Presiden mengungkapkan dalam pembukaan KAA 1955 para delegasi dari setiap negara yang hadir memakai baju nasional masing-masing, beraneka corak, beraneka ragam, beraneka warna.

"Ini menunjukkan bahwa perbedaan latar belakang warna kulit, perbedaan latar belakang agama, perbedaan latar belakang budaya tidak menghalangi kita untuk bersatu, tidak menghalangi kita untuk membangun solidaritas yang kokoh," katanya.

Presiden dalam kesempatan ini juga berpesan kepada kepada seluruh rakyat Indonesia agar tidak mudah tergoda oleh isu-isu Sara yang bisa memperlemah bangsa dan negara.

"Jangan takut melawan tindakan-tindakan intoleransi dan kekerasan atas nama apapun. Mari terus perkuat komitmen bersama kita dalam menjaga dan merawat kodrat kebangsaan Indonesia dalam menjaga dan merawat kebangsaan Indonesia Bhineka Tunggal Ika," demikian Presiden Joko Widodo.

Pewarta: Joko Susilo
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017