Kuala Lumpur (ANTARA News) - Kepolisian Malaysia pada Kamis untuk ketiga kalinya menangkap tersangka yang diduga terlibat dalam pembunuhan kakak tiri pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.

Tersangka baru, yang asal kebangsaannya belum diketahui, tersebut merupakan teman dari Siti Aishah, perempuan berpaspor Indonesia yang ditangkap karena diduga membunuh Kim Jong Nam di bandar udara ibu kota Malaysia pada Senin lalu.

"Dia ditahan untuk memperlancar investigasi karena dia adalah pacar tersangka kedua," kata Abu Samah Mat, kepala kepolisian negara bagian Selangor, kepada Reuters.

Siti saat ini masih berada dalam tahanan bersama seorang perempuan lain, yang mempunyai dokumen perjalanan Vietnam. Mereka ditangkap saat berupaya keluar dari Malaysia pada Rabu di bandara Kuala Lumpur.

Kim Jong Nam, 46, dibunuh di bandara yang sama pada Senin dengan jarum beracun saat hendak terbang kembali ke Makau.

Dia sempat meminta pertolongan, sebelum rubuh dan meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit.

Badan intelejen Korea Selatan sebelumnya menduga bahwa kedua perempuan yang melakukan pembunuhan itu adalah agen mata-mata dari Korea Utara.

Sebelumnya Kim Jong Nam secara terbuka menyatakan tidak suka atas kekuasaan disnasti keluarganya di Korea Utara, negara yang terisolasi dari komunitas internasional namun punya kekuatan senjata nuklir.

Sementara itu Siti tengah sendirian saat kepolisian menangkapnya. Data dari paspornya menunjukkan bahwa dia masih berusia 25 tahun dan lahir di Serang, Jawa Barat. Kementerian Luar Negeri Indonesia mengaku tengah berupaya menemuinya.

Sementara itu Korea Utara hingga kini belum berkomentar mengenai kematian saudara tiri sang pemimpin besar.

Namun demikian, seorang sumber Reuters di Beijing yang punya hubungan dekat dengan pemerintahan Korea Utara mengatakan bahwa Korea Utara tidak terlibat dalam pembunuhan itu dan tidak punya motif.

"Kim Jong Nam tidak punya hubungan apapun dengan Korea Utara. Tidak ada alasan bagi negara itu untuk membunuhnya," kata dia.

Kim Jong Nam meninggal saat hendak menaiki pesawat menuju Makau. Saat itu seseorang menariknya dari belakang dan tiba-tiba merasa pusing lalu mencari pertolongan di meja informasi.

"Penyebab kematian diduga kuat merupakan serangan racun," kata anggota parlemen Korea Selatan, Kim Byung-kee, yang mengaku mendapatkan informasi dari bandan intelejen negaranya, demikian kantor berita Xinhua melaporkan.

(Uu.G005)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017