Jadi tidak benar kami menembak nelayan China seperti kabar dari sementara pihak
Jakarta (ANTARA News) - Panglima Komando Armada Kawasan Barat Indonesia TNI AL, Laksamana Muda TNI Taufiqoerrahman, membantah sinyalemen dan spekulasi yang beredar bahwa anak buahnya menembak nelayan China yang menangkap ikan secara ilegal di ZEE Indonesia di Laut Natuna. 

Armada kapal perang TNI AL yang ditugaskan saat itu, kata dia kepada pers, di Jakarta, Selasa, tidak menembak langsung ke badan kapal-kapal nelayan China yang berlayar di Laut Natuna itu. 

12 kapal ikan China diketahui memasuki perairan zona ekonomi eksklusif Indonesia di barat laut Kepulauan Natuna, Kepulauan Riau, pada Jumat lalu (17/6). 

Satu dari kapal ikan China ilegal itu tengah menebar pukat harimau dan bisa ditangkap setelah kapal-kapal lainnya kucing-kucingan dengan kapal perang TNI AL. 

Saat itu, Taufiqoerrahman menggelar operasi patroli sekaligus latihan rutin di perairan yang berbatasan dengan wilayah konflik yang diklaim secara sepihak oleh China. Empat kapal perang digelar di perairan itu, yaitu KRI Imam Bonjol-383, KRI Teuku Umar-385, KRI Sultan Thana Syaifudin-376, didukung KRI Balikpapan-901. 

Seluruh proses penemuan indikasi kehadiran 12 kapal ikan China hingga penangkapan selesai, berlangsung dari pukul 06.45-12.55 WIB. Dari pengejaran oleh KRI Imam Bonjol-383, satu kapal ikan China ilegal berhasil ditangkap, yaitu Han Tan Cou 19038, yang sedang menebar pukat harimau. 

Tidak lama kemudian, kapal Penjaga Pantai China nomor lambung 3303 merapat ke KRI Imam Bonjol-383 yang menangkap Han Tan Chou 19038. Mereka meminta kapal ikan China ilegal itu dibebaskan. 

"Bukan ke arah kapal, ke depan kapal. Jadi begini prosedurnya, kibarkan bendera K, yang memberi pesan ‘saya mau komunikasi dengan Anda’. Dipanggil-panggil tidak dengar, tembak peringatan ke udara tidak berhenti. Lalu diberi tembakan peringatan ke depan haluan kapal," kata dia. 

Tembakan ke air yang lalu menimbulkan percikan air laut itu menjadi langkah terakhir sebelum tembakan tidak membahayakan dilancarkan ke badan kapal.

Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016