Kami (siap beli), menunggu Freeport saja. Ini kan tinggal soal penawaran Freeport kepada Pemerintah,"
Jakarta (ANTARA News) - Menteri BUMN Rini Soemarno mengisyaratkan perusahaan milik negara melalui konsorsium BUMN Tambang, siap mengeksekusi pembelian 10,6 persen saham divestasi PT Freeport Indonesia dengan harga penawaran sebesar 630 juta dolar atau setara dengan Rp8,19 triliun.

"Kami (siap beli), menunggu Freeport saja. Ini kan tinggal soal penawaran Freeport kepada Pemerintah," kata Rini di Jakarta, Senin.

Menurut Rini, angka penawaran saham sebelumnya sudah yang disampaikan Kementerian ESDM yaitu sebesar 630 juta dolar AS.

Penawaran tersebut lebih rendah dibanding angka yang pernah diumumkan Freeport Indonesia sebesar 1,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp21 triliun.

"Angka dari ESDM itu sudah melibatkan tim dari Kementerian BUMN juga. Jadi tinggal menunggu respon dari Freeport," tegasnya.

Meski begitu tambah Rini, untuk memastikan pembelian tersebut pihaknya juga harus menunggu lampu hijau dari Kementerian Keuangan.

"Ini terkait penawaran kepada Pemerintah. Kami masih menunggu (arahan Kementerian Keuangan), karena sejauh ini belum mendapat penegasan apakah membeli atau tidak," ujarnya.

Sebelumnya Rini mengatakan, sangat tertarik membeli saham Freeport, karena sebagai entitas perusahaan milik negara itu BUMN harus menekankan bagaimana memiliki tambang-tambang besar.

"Karena tambang itu (Freeport) milik bangsa Indonesia, maka kami sebagai BUMN bisa berpartisipasi di tambang besar seperti itu. Itu dasar pemikirannya," tegas Rini.

Empat BUMN Pertambangan yang disiapkan bersinergi masuk ke Freeport meningkatkan saham di perusahaan tambang emas dan tembaga tersebut yaitu konsorsium PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) Persero, PT Aneka Tambang (Persero) Tbk, PT Bukit Asam (Persero) Tbk, PT Timah (Persero) Tbk.

"Kalau memang ada divestasi Freeport Indonesia dan kami diberikan kesempatan untuk membeli saham yang akan didivestasikan, kami siap," katanya.

Dalam sinergi 4 BUMN Pertambangan tersebut, Rini menekankan pentingnya konsolidasi dan sinergi untuk menjadi kelompok usaha pertambangan yang besar tidak hanya di Indonesia tapi juga di tingkat global.

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016