Bisa dibilang 50 persen penghasil gambir di seluruh dunia ada di sana. Nah, itukan sayang kalau dijual mentah. Terus diolah diluar dan kita malah beli produk jadi yang lebih mahal,"
Jakarta (ANTARA News) - Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, diyakini sebagai penghasil buah gambir terbesar di Indonesia, bahkan di dunia, sehingga pemerintah diminta untuk mengolahnya menjadi produk yang lebih bernilai tambah.

"Bisa dibilang 50 persen penghasil gambir di seluruh dunia ada di sana. Nah, itukan sayang kalau dijual mentah. Terus diolah diluar dan kita malah beli produk jadi yang lebih mahal," kata tokoh masyarakat Sumatera Barat Andrinov Chaniago yang memimpin rombongan di Jakarta, Senin.

Andrinov menyampaikan hal tersebut usai bertemu dengan Menteri Perindustrian Saleh Husin untuk menyampaikan harapan agar buah gambir yang dihasilkan Kabupaten Lima Puluh Kota benar-benar bisa diberi nilai tambah.

Dengan menghasilkan 17 ribu ton gambir per tahun, kabupaten yang terletak di Sarilamak itu dinilai potensial untuk mengembangkan berbagai produk turunan dari gambir.

"Bisa dijadikan berbagai produk turunan, seperti bahan car, tinta, kosmetika dan farmasi," ujar mantan Menteri PPN/ Kepala Bappenas tersebut.

Selain itu, Guru Besar Universitas Andalas, Sumbar, Werry Darta Taifur menyampaikan bahwa universitasnya telah melakukan beberapa kajian tentang keutamaan gambir, beberapa bahkan sudah mendapat hak paten.

"Salah satunya adalah tinta untuk pemilu. Untuk perekat kayu lapis juga kami sudah kaji," ujar Werry.

Menurutnya, yang terpenting saat ini adalah aksi untuk meningkatkan nilai tambah gambir, yang akan berdampak pada kesejahteraan petani.

Mengingat, petani hanya menjual gambir seharga Rp20 ribu per kilogram kepada pengepul atau eksportir, dan harga lebih tinggi dengan nilai tambah yang lebih besar justru dinikmati orang lain.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016